4 Tips Cegah Tantrum pada Anak, Hindari Pemicu yang Membuat Mereka Frustrasi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Tantrum adalah ekspresi frustrasi anak yang kemampuan berbahasanya belum berkembang sempurna. (Pexel/Anna Shvets)

Tantrum adalah ekspresi frustrasi anak yang kemampuan berbahasanya belum berkembang sempurna. (Pexel/Anna Shvets)

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaTantrum adalah ekspresi frustrasi anak kecil terhadap keterbatasan atau kemarahannya karena tidak bisa mendapatkan yang diinginkannya. Mungkin anak Anda kesulitan memikirkan sesuatu atau menyelesaikan tugas. Mungkin anak Anda tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya. Frustasi bisa memicu ledakan dan mengakibatkan amukan.

Tantrum sering terjadi selama tahun kedua kehidupan, ketika keterampilan bahasa mulai berkembang. Ini terjadi karena anak balita belum bisa mengatakan yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan. Pengalaman yang membuat frustrasi pada akhirnya dapat menyebabkan amukan. Saat keterampilan bahasa meningkat, amukan cenderung menurun.

Untuk mencegah terjadinya tantrum pada anak, perhatikanlah cara-cara berikut ini. 

1. Hindari kemungkinan pemicu

Anda mungkin memperhatikan bahwa anak lebih cenderung mengamuk saat lapar, lelah, atau terlalu terstimulasi. Anda bisa mengambil beberapa langkah untuk mencegah tantrum terkait hal tersebut.

Pertama dan terpenting, cobalah untuk menetapkan jadwal dan rutinitas dalam kehidupan anak Anda dan patuhi itu. Usahakan untuk tidak melebihi waktu makan atau tidur siang dan sesuaikan semua aktivitas lainnya dengan kebutuhan dasar ini. Selalu siapkan camilan jika anak merasa lapar.

2. Berikan pemberitahuan sebelumnya

Merupakan hal yang wajar bagi anak-anak untuk tidak ingin meninggalkan aktivitas yang mereka anggap menyenangkan saat mereka tenggelam di dalamnya. Inilah mengapa Anda harus memberi tahu mereka sekitar lima hingga sepuluh menit sebelumnya sebelum Anda ingin meninggalkan taman atau meminta mereka duduk untuk makan malam.

Mereka mungkin masih menolak, tetapi akan lebih mudah bagi mereka untuk terbiasa dengan gagasan tersebut jika Anda memberi tahu mereka sebelumnya. Mereka sangat mampu memahami hal ini.

3. Bersikaplah fleksibel

Banyak amukan muncul ketika orang dewasa mencoba memaksakan keinginan mereka. Ingatlah bahwa anak Anda mulai menentukan karakternya dan menginginkan otonomi. Tidak ada salahnya memberi mereka kebebasan untuk memutuskan beberapa hal yang menjadi perhatian mereka.

Setidaknya, beri mereka beberapa opsi untuk dipilih sesuai batas Anda. Misalnya, biarkan mereka memutuskan di cangkir mana mereka ingin minum susu untuk sarapan, acara mana yang ingin mereka tonton dan kemeja mana yang ingin mereka pakai.

Beri tahu mereka bahwa beberapa keputusan tidak dapat dinegosiasikan, seperti memasang sabuk pengaman di dalam mobil atau mengenakan pakaian saat mereka pergi keluar. Cobalah untuk menjadi sefleksibel mungkin.

4. Tegaskan emosi mereka

Tantrum terjadi karena anak belum mengetahui cara mengelola dan mengungkapkan perasaannya secara memadai. Untuk alasan ini, akan berguna untuk mengajari mereka kecerdasan emosional.

Akui dan validasikan juga emosi anak Anda. Beri tahu mereka bahwa Anda memahami perasaan mereka dan bahwa mereka berhak merasakannya. Dengan cara ini, mereka akan dapat mengekspresikan perasaan mereka dan tidak perlu mengungkapkannya dengan meneriaki Anda.

Setelah anak melewati momen tantrum, puji dia karena mendapatkan kembali kendali. Anak-anak mungkin sangat rentan setelah mengamuk ketika mereka tahu bahwa mereka kurang menggemaskan. Sekarang (ketika anak Anda tenang) adalah waktu untuk pelukan dan kepastian bahwa anak Anda dicintai, apa pun yang terjadi.

Baca juga: 4 Tips Atasi Anak Tantrum di Tempat Umum

MAYO CLINIC | STEP TO HEALTH | KIDS HEALTH

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."