Janet Yellen, dari Kampus, The Fed sampai Jadi Menkeu Wanita Pertama AS

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Presiden Amerika Terpilih Joe Biden menunjuk Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan Amerika yang baru (Sumber: Reuters)

Presiden Amerika Terpilih Joe Biden menunjuk Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan Amerika yang baru (Sumber: Reuters)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Janet Yellen menjadi wanita perempuan pertama yang menduduki kursi Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS). Ia mendapat persetujuan dari Senat Amerika Serikat, Senin 25 Januari 2021, dan memenangkan dukungan dengan suara bulat dari Demokrat dan Republik di Komite Keuangan Senat. 

Karier Janet Yellen terbilang cemerlang dan bisa menangani krisis besar. Lahir di Brooklyn, 13 Agustus 1946, ia merupakan lulusan pertama di sekolah menengahnya dan menjadi editor koran sekolah. Ia belajar ilmu ekonomi di Universitas Brown dan memperoleh gelar PhD di bidang ekonomi dari Universitas Yale pada tahun 1971. Ia merupakan satu-satunya wanita di kelas tersebut. Buku catatannya di Yale digunakan selama bertahun-tahun oleh siswa lain karena sangat teliti.

Kemudian ia mengajar di Universitas Harvard selama beberapa tahun, dan ia menjadi satu-satunya wanita profesor ekonomi di saat itu. Namun, Harvard tidak menawarinya jabatan tetap. Lalu, ia menjadi ekonom riset di The Fed dan bertemu suaminya, George Akerlof, di kafetaria bank sentral.

Janet Yellen dan Akerlof telah bersama-sama menulis banyak makalah penelitian dan memiliki satu putra, yang juga seorang ekonom. Janet akhirnya menjadi profesor tetap di Universitas California, Berkeley.

Ia pernah menjabat sebagai wakil ketua The Fed, bank sentral Amerika Serikat, dari 2010 hingga 2014 dan kemudian memimpin hingga 2018. Yellen diketahui hampir setiap hari makan siang di kafetaria The Fed. Staf menceritakan bahwa ia sering menanyakan ramalan cuaca atau anak-anak mereka saat berjumpa.

“Dia ingin berbicara tentang ekonomi pada tingkat yang sangat, sangat dalam,” kata Seth Carpenter, mantan ekonom Fed yang sekarang menjadi kepala ekonom AS di UBS. Tapi ia juga mngingat bahwa "ketika saya kembali dari cuti sebagai orang tua, ia meluangkan waktu untuk berhenti di lorong dan bertanya bagaimana kabar anak saya dan melihat foto di ponsel saya."

Sebelum terjun ke dunia politik, Janet juga dikenal sebagai kepala Dewan Penasihat Ekonomi Presiden Bill Clinton di akhir 1990-an. Ia kemudian mengambil serangkaian peran penting di Federal Reserve alias The Fed yang berpuncak pada pencalonan dirinya sebagai ketua bank sentral Amerika Serikat tersebut di masa Presiden Barack Obama.

Selama masa kepemimpinannya di The Fed dari 2014 hingga 2018, ia temasuk salah satu wanita paling kuat di dunia dan arsitek utama pemulihan ekonomi. Pengangguran turun lebih banyak selama masa jabatannya dibandingkan dengan ketua The Fed lainnya sejak Perang Dunia II.

Mantan kolega sering mendeskripsikannya seperti Mary Poppins: tegas tapi baik, sangat cerdas dan selalu siap. Pertanyaan yang sering dia tanyakan - tentang dirinya dan timnya - adalah: Apa yang kita lewatkan? Dan bagaimana jika kita salah?

Pertanyaannya yang terus-menerus tentang apakah model dan prakiraan ekonomi yang benar membantunya menjadi salah satu pembuat kebijakan pertama yang meramalkan krisis keuangan 2008 dan masalah mendalam di pasar perumahan. Saat itu, ia menjabat sebagai presiden Federal Reserve Bank San Francisco.

“Ia adalah salah satu orang yang memberikan peringatan sebelum sistem keuangan runtuh,” ujar Christina Romer, yang menjabat sebagai ekonom top Obama selama krisis. “Ketika keadaan buruk, Janet adalah orang pertama yang saya hubungi.”

Dengan beragam krisis yang telah dilaluinya, menurut banyak orang, ia sangat siap mengambil peran sebagai menteri keuangan atau menkeu Amerika Serikat.

Menilik soal hobi, Janet sering mengatakan bahwa orang akan bosan jika bergabung dengannya untuk makan malam, karena keluarganya gemar berdiskusi mendalam tentang ekonomi.

Untuk minuman favorit, ia sering terlihat minum Diet Coke dalam rapat. Ciri khas gayanya? Ia kerap menaikkan kerah jasnya dan mengenakan kalung dekoratif mendiang Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg. Gaya tersebut sudah melekat pada dirinya di kalangan ekonom.

Baca juga: Cerita Hannah Al Rashid Soal Wanita Karier Masa Kini

NIA PRATIWI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."