Selain Bumil, 3 Kondisi Ini Juga Dilarang Intermittent Fasting

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi diet. shutterstock.com

Ilustrasi diet. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada beragam metode diet populer, salah satunya intermittent fasting atau puasa intermittent. Durasi puasanya beragam mulai dari 14 jam, 16 jam hingga 24 jam. Lalu saat buka puasa, Anda bebas makan apa pun mulai dari hidangan utama hingga camilan. 

Meski cocok dilakukan sejumlah orang, puasa intermittent ini tak disarankan beberapa orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Sebab lamanya durasi puasa berisiko untuk daya tahan tubuh ataupun penyakit yang diidapnya. Siapa sajakah mereka?

Berikut sejumlah orang yang dilarang menjalani intermittent fasting dikutip dari laman Times of India pada Senin, 11 Mei 2020

1. Orang dengan gangguan makan

Intermittent fasting mengharuskan seseorang mempraktikkan makan dalam waktu tertentu. Hal itu berisiko bagi mereka yang mengalami segala jenis gangguan makan, termasuk bulimia dan binge eating disorder atau kebiasaan makan dalam jumlah luar biasa banyak di satu waktu. Sebab penanganan gangguan makan disesuaikan dengan komposisi makanan dalam beberapa waktu.

2. Ibu hamil

Saat hamil, Anda makan untuk dua orang, yaitu diri sendiri dan bayi dalam kandungan. Jadi, diet apa pun, termasuk intermittent bisa berisiko mengurangi stok energi, menurunkan kadar gula darah, dan memengaruhi kandungan nutrisi untuk bayi berkembang.

Untuk ibu hamil atau bumi disarankan pola makan sehat dan bergizi dengan pengawasan dokter kandungan.

3. Diabetes tipe 1

Meskipun beberapa penelitian mengatakan bahwa diet tertentu, termasuk intermittent fasting dapat membantu mengendalikan diabetes. Namun bagi mereka yang menderita diabetes tipe 1 atau bergantung pada insulin menjalankan diet itu bisa sangat mengancam.

Durasi puasa yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kadar gula darah dan bahkan menurunkannya ke tingkat yang berbahaya. Oleh karena itu, mereka yang menderita diabetes idealnya harus makan teratur, bergizi dan tidak berpuasa selama berjam-jam.

Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang menderita kekebalan rendah terhadap masalah kesehatan kronis, seperti kanker.

4. Dalam pelatihan ketat

Seorang atlet yang dalam program pelatihan ketat seperti maraton, memang disarankan menjalani diet dan mengurangi asupan kalori tertentu. Namun, puasa intermittent bukan pilihan terbaiknya. Sebab olahraga tersebut dibutuhkan ketangguhan, ketahanan dan kekuatan tubuh yang bergantung pada pengaturan nutrisi yang tepat, termasuk elektrolit, kalori, dan protein.

Hal itu sulit didapatkan dengan intermittent fasting karena membebaskan makan apa pun dalam satu waktu. Sementara ada sejumlah asupan yang baik dikonsumsi sesuai waktu makan umumnya, yaitu sarapan, makan siang, makan malam, dan camilan.

Bagi teman-teman yang ingin mencoba intermittent fasting, konsultasi lebih dulu ke dokter. Pastikan dulu kondisi kesehatan sebelum menjajal diet.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."