Tanamkan Cinta Lingkungan pada Anak dengan Cara Berikut

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak main tanah. Shutterstock

Ilustrasi anak main tanah. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Orang tua bisa membangun kesadaran anak untuk mencintai lingkungan lewat hal-hal sederhana. Contohnya bermain di lapangan yang membuat mereka bersentuhan langsung dengan alam.

"Buat anak-anak, dengan bermain di tanah, lapangan, mereka sentuh tanah, rumput, bunga, pohon, itu langkah sederhana. Enggak usah deh dulu dicekokin pemilahan sampah," kata Co-founder Project Semesta, Rinda Liem.

Rinda mengatakan berinteraksi dengan alam bisa membuat anak tahu bahwa dia bagian dari ekosistem. Di samping itu, kegiatan itu bermanfaat untuk kemampuan motorik yang berdampak pada tumbuh kembangnya.

"Ada anak yang digendong terus karena orang tuanya takut dia kotor. Tetapi dia mengalami masalah sensorik, karena terlalu steril. Disuruh dokternya sentuh rumput," katanya.

Kegiatan lain mengajak anak ke pasar untuk mengenali bahan-bahan makanan, juga bisa menjadi pilihan yang bagus. Khusus untuk pengurangan konsumsi plastik, anak-anak bisa diajari membawa botol minum sendiri, peralatan makan dan bekal ke sekolah.

"Belajar memilah sampah untuk anak usia sekolah dasar, yang termudah dilakukan sebagai konsumen," kata Rinda.

Penanaman kebiasaan positif bisa dilakukan sejak dini pada usia tiga tahun, di mana sebagian anak-anak masa kini sudah memasuki masa prasekolah dan belajar berinteraksi dengan orang lain. Orang tua bisa mulai mengikutsertakan anak dalam komunitas pecinta lingkungan, misalnya.

"Habit sudah terbentuk dari usia tiga tahun, ketika usia itu sudah pre-school, sudah belajar berinteraksi dengan orang-orang, sudah bisa sih dipaparkan tetapi dengan takarannya," kata Rinda.

Saat ini sudah mulai banyak komunitas yang fokus memperkenalkan lingkungan pada anak-anak, misalnya Kawan Cendekia dan Guru Bumi.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."