Empati, Kunci Menumbuhkan Toleransi Anak sejak Kecil

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak memberi hadiah pada temannya. shutterstock.com

Ilustrasi anak memberi hadiah pada temannya. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Nilai-nilai toleransi adalah suatu hal yang sangat penting dimiliki masyarakat untuk mengurangi perseturuan dan menyatukan bangsa. Untuk memiliki tingkat toleransi yang tinggi pada masyarakat, orang dewasa harus bisa menumbuhkan toleransi pada anak dari kecil.

Bukan hanya orang tua namun semua orang yang sudah dewasa yang memiliki interaksi dengan anak kecil harus tahu cara menumbuhkan toleransi. Kunci untuk menumbuhkan toleransi pada anak dari kecil adalah empati.

Artikel lain:
Mona Ratuliu Punya Cara Mudah Mengajarkan Anak-anak Toleransi

Ary M. Wibowo dan Tami Handayani mengikuti program SabangMerauke untuk meningkatkan nilai toleransi kedua anaknya yang berusia 6 dan 10 tahun agar bisa belajar mengenai perbedaan. SabangMerauke adalah program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan semangat toleransi masyarakat. Dalam program ini, anak-anak dari seluruh Indonesia akan tinggal dengan keluarga yang memiliki agama atau suku yang berbeda.

Saat kembali ke daerahnya, mereka akan menjadi duta perdamaian di daerah masing-masing. Ary dan Tami sudah menerima dua anak dalam program ini, satu dari Bojonegoro, Jawa Timur, dan satu lagi dari Palu, Sulawesi Tengah.

“Mereka jadi mengerti kalau perbedaan itu suatu hal yang dirayakan, bukan untuk menjadi perdebatan. Yang terjadi sama anak-anak kami adalah mereka tingkat kepeduliannya menjadi lebih tinggi,” tutur Ary, penggagas Famili Sabang Merauke, di acara Perempuan Bercerita di Ruang & Tempo di Jakarta Selatan, Sabtu, 27 April 2019.

Dia mengatakan kalau perubahan terlihat dari cara berteman dan berkomunikasi yang berbeda. Anak-anaknya terbuka untuk berteman dengan anak dari agama maupun suku lain.

Baca juga:
Tinggal di Hong Kong, Shanty Ajarkan Anaknya Toleransi

Selain itu, anak-anaknya juga memiliki kepedulian atau empati yang lebih besar. Setiap hari mereka tidak hanya berdoa untuk kesehatan diri sendiri dan keluarga namun juga untuk bangsa dan negara. Mereka juga sudah mengerti dari kecil kalau Indonesia itu luas dan memiliki agama dan ras yang berbeda.

“Orang tua harus mencontohkan, kami juga mendidik diri sendiri. Menunjukkan komunitas saya bukan hanya komunitas orang-orang Kristen walaupun saya seorang pendeta. Saya juga menjadi contoh dengan berinteraksi bersama mereka yang berbeda atau sebagainya,” lanjut Ary.

Dengan berinteraksi bersama orang dari latar belakang yang berbeda, anak bisa memiliki empati yang lebih besar sampai dewasa nanti.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."