Cara Penanganan Anak Demam yang Tepat Sebelum ke Dokter

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak sakit. shutterstock.com

Ilustrasi anak sakit. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Saat anak demam biasanya ibu cukup merasa panik. Namun perlu diketahu bahwa demam bukan sebuah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit. 

Baca juga: Bawang Merah, Pereda Demam Alami. Cek Caranya

Dokter Reisa Broto Asmoro menjelaskan cara penanganan saat anak demam. "Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh kita sedang melawan penyakit oleh karenanya jangan langsung panik jika anak kita mengalami demam," kata Dokter Reisa ketika menjadi pembicara di acara 'Talkshow Parenting: 101 Perawatan Bayi' di Jakarta beberapa waktu lalu.

Penanganan dari rumah seperti mengompres bisa membantu mengurangi panas anak saat demam. Namun jika demam anak tak kunjung membaik, Anda diperbolehkan untuk memberi obat penurun panas.

"Kalau misal demamnya sudah terlalu tinggi hingga anak tidak bisa beraktivitas normal maka saya sarankan untuk minum obat penurun panas sesuai takaran yang dianjurkan oleh dokter atau yang ada di petunjuk pemakaian. Namun, bagi anak yang memiliki riwayat kejang-kejang, maka jika demamnya mencapai 39 derajat Celcius sudah harus langsung diberi obat penurun panas," saran Dokter Reisa Broto Asmoro

Jika suhu tubuh anak tak kunjung turun meski sudah meminum obat penurun panas, dr. Reisa Broto Asmoro menyarankan untuk membawa anak ke dokter atau rumah sakit. "Kalau panas sudah lebih dari 3 hari maka sudah harus di bawa ke dokter. Namun, kalau misal anak kita baru terserang demam namun suhunya sudah tinggi sekali, si anak sampai menggigil, bisa jadi itu gejala penyakit yang lumayan sulit, maka tindakan yang kita ambil harus lebih cepat. Jangan ditunggu sampai 3 hari untuk di bawa ke Rumah Sakit," pungkas Dokter Reisa Broto Asmoro.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."