3 Penyebab Gagal Diet dari Sisi Psikologi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi diet (pixabay.com)

Ilustrasi diet (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Memiliki tubuh ideal dan sehat adalah dambaan setiap perempuan. Diet menjadi salah satu cara untuk menjaga bentuk tubuh yang telah didapatkan ataupun menurunkan kelebihan berat badan. Namun, diet tak selalu mulus dan mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut psikolog klinis Tara De Thouars, ada tiga pemicu perempuan gagal dalam diet. Ketiga penyebab itu berujung kepada pola pikir dan niat. Pemicu pertama yang diungkapkannya adalah adanya gangguan makan atau eating disorder.

Artikel lain:

7 Tanda Memasuki Fase Obesitas, Sudah Waktunya Diet

“Anoreksia, bulimia, dan bitch eating atau makan dengan porsi luar biasa tanpa sadar. Ketiga gangguan makan ini terjadi karena ada konflik tubuh dan makanan sehingga menyulitkan perempuan untuk menjaga berat badan,” ucap Tara dalam acara "In Relationship with My Body: Peran DNA dalam Mewujudkan Tubuh Idealmu" di Jakarta Selatan, Rabu, 27 Februari 2019.

Pemicu kedua adalah kesalahan niat. “Dari pengalaman pasien yang saya tangani, biasanya mereka diet karena faktor eksternal, misalnya permintaan orang tua atau pasangan. Niat tersebut diikuti rasa marah dalam diri. Dalam jangka waktu pendek, diet akan turun dengan cepat karena rasa marah untuk membuktikan ke orang-orang tersebut," ujarnya.

"Namun, diet itu tidak akan bertahan lama sebab orang diet dalam kondisi marah akan membuang banyak energi, begitu dia kelelahan akan menyerah dan mencari pembenaran untuk menghentikan rasa marahnya,” tutur Tara.

Ilustrasi diet. shutterstock.com

Kemudian, pemicu ketiganya adalah adanya rasa marah dari diri sendiri. “Ini seperti shamming kepada diri sendiri karena tekanan social standards beauty. Kalo saya enggak kurus berarti saya jelek, buruk, dan enggak oke seperti si dia. Kembali lagi, sesuatu yang diawali dengan rasa marah semakin menjauh dari pola makan teratur dan berisiko mengalami gangguan makan,” tambahnya.

Solusi yang ditawarkan Tara agar diet tidak gagal adalah niat yang benar, bertanya kepada diri sendiri apa yang kita inginkan dan raih. Kemudian dia tambahkan formula self love.

“Pentingnya self love itu datang dari sendiri. Setiap orang harus bisa melihat dirinya berharga, terlepas dari orang lain ngomong apa dan komentar dari media sosial. Untuk menimbulkan self love itu harus dimulai dari kecil, salah satunya pola asuh. Kadang yang membuat anak tidak self love karena orang tua terlalu banyak mengkritik dan membandingkan, maka saat besar sulit mempunyai self love,” tutur Tara.

Lebih lanjut dia menjelaskan, “Cara pandang melihat kelebihan seseorang itu harus dari banyak aspek, tidak hanya penampilan dan tubuh. Bisa dari sifat, kemampuan, karakter, atau hal-hal yang pernah diraih. Fokus pada itu, maka muncul pemikiran ‘Saya tidak seburuk yang saya bayangkan’. Ketika menghadapi body shamming, biasakan ada self defence di dalam pikiran," papar Tara.

"‘Oke, gue memang gendut, tapi gue banyak teman, mudah akrab’. Pemikiran-pemikiran tersebut tidak akan mengacaukan pola makan yang sehat, terhindar dari diet yoyo, bahkan mencegah terjadinya gangguan makan,” tandasnya.

Baca juga:
Jangan Sembarangan Pilih Metode Diet, Ada 2 Hal Pertimbangannya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."