Langkah Orang Tua Menghentikan Anak yang jadi Tukang Gosip

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak berbisik dengan temannya. (Pixabay.com)

Ilustrasi anak berbisik dengan temannya. (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketika anak mulai memasuki sekolah dasar, lingkungan sosialnya akan bertambah luas. Sebagai orang tua kita tetap wajib memperhatikan interaksi anak dengan temannya. 

Baca juga: 3 Pilar Utama yang Diperlukan untuk Tumbuh Kembang Anak

Sebagian orang tua mengeluhkan interaksi negatif anak mereka dengan temannya. Salah satunya berbicara negatif tentang orang lain atau bergosip. Profesor riset bidang psikologi pendidikan, Karin S. Frey, Ph.D. mengungkapkan kebiasaan ini muncul sekitar usia 8-9 tahun.

"Anak pada usia ini bergosip untuk menilai seberapa besar kuasa dan pengaruh yang ia miliki terhadap orang lain. Mereka juga bergosip dengan tujuan untuk menjadi lebih populer," ujar profesor dari Universitas Washington, Amerika Serikat ini.

Sebagai orang tua, kebiasaan ini bisa Anda hentikan. Langkah pertama, ajarkan anak untuk berempati. Ajak anak mengenali pembicaraan yang negatif dan ingatkan mereka pembicaraan ini bisa menyakiti orang lain. Biarkan anak merasakan apa yang orang lain rasakan dengan cara bermain peran. Mainkan beberapa skenario seolah anak menjadi korban gosip. Setelahnya, diskusikan dengan anak apa yang ia rasakan jika menjadi korban gosip.

Jelaskan pada anak jika kebiasaan bergosip mungkin membuat anak populer seperti yang disimpulkan dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas Alabama, Amerika serikat . Penelitian yang dilakukan profesor departemen psikologi, Kristina L McDonald menyebutkan anak yang hobi bergosip pada rentang usia ini memang lebih disukai teman-temannya.

Namun kebiasaan ini tidak menutup kemungkinan anak menjadi korban gosip. Alihkan perhatian anak ketika bergosip dengan memilih kegiatan positif lain. "Membantu anak memilih kegiatan menghibur lainnya adalah cara alami untuk menghindari kebiasaan bergosip," ucap Kristina L McDonald.

Langkah selanjutnya adalah mengajak anak memilah topik yang dibicarakan bersama temannya. Umumnya, anak tidak merasa sedang bergosip jika ia merasa yang dikatakannya benar. Misalnya, soal temannya yang dihukum karena berbuat salah. Kendati sulit bagi anak menghindari topik pembicaraan yang memang terjadi, Anda bisa memberi batasan. Beri pengertian pada anak bahwa ada topik yang sensitif seperti masalah keluarga.

Ada pula topik yang bisa menimbulkan rasa malu, contohnya nilai jelek atau teman yang mengalami insiden di sekolah. Terakhir, ajarkan anak untuk tidak menduga-duga penyebab suatu hal. Misalnya mengira bahwa anak yang dipanggil oleh guru berarti telah melakukan kesalahan.

AURA 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."