Enaknya Jadi Orang Optimis, Ini 4 Kelebihannya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi wanita bahagia. shutterstock.com

Ilustrasi wanita bahagia. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Optimistis tak selalu mengabaikan segala hal yang buruk. Optimistis adalah sikap tetap berpandangan benar dan berpengharapan baik terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitar.

Si optimis memahami apa yang bisa dikendalikannya dan apa yang tidak. Inilah yang membuat hidupnya menjadi lebih bijaksana. Intinya, optimistis akan membawa keuntungan dan kebaikan bagi Anda. Apa saja keuntungan itu? Berikut daftarnya dilansir verywell.com.

Artikel lain:
Ciri Orang Stres di Tempat Kerja, Ada 2 Jenisnya
Najwa Shihab: Tantangan Terbesar Wanita Bekerja dari Diri Sendiri

 

#Umur lebih panjang
Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa optimisme berkaitan dengan kesehatan dan harapan hidup. Pemikiran yang optimistis umumnya berisiko lebih rendah mengalami hipertensi dan penyakit mematikan lain. Bahkan studi menyebutkan bahwa si optimis hidup 8-10 tahun lebih lama dari mereka yang pesimis. 
 
#Kehidupan cinta yang lebih baik
Orang yang optimis memiliki hubungan romantis yang lebih berkualitas dan lebih panjang. Hal ini berdasar pada penelitian dari Universitas Stanford di Amerika Serikat. Peneliti menemukan bahwa optimistis adalah sikap yang diperlukan untuk mendukung hubungan cinta menjadi lebih baik dan bahagia. 
 
#Jarang sakit
Orang optimis sangat jarang sakit. Sekalipun sakit, biasanya akan sembuh lebih cepat. Risiko mengalami penyakit juga lebih rendah bagi mereka yang senantiasa berpikir positif dan optimistis.

Baca juga:
Kisah Inspiratif Viara, Tetap Mandiri Meski Sakit Ginjal

#Bangkit lebih cepat
Dalam menghadapi kegagalan atau situasi buruk, si optimis umumnya lebih cepat untuk bangkit dan penuh energi kembali. Buat mereka kegagalan adalah langkah awal dan kesempatan baru untuk memulai petualangan baru.

Sekalipun kekecewaan melanda, mereka akan lebih mudah untuk memaafkan dan melupakan. Kebiasaan ini bisa terjadi karena selalu memikirkan langkah terbaik untuk membuat diri dan situasi menjadi lebih baik.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."