Balita Mengenal Seni, Jadi Lebih Kreatif dan Percaya Diri

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Anak-anak suku Bajo di Pulau Papan menggambar layang-layang saat acara Togean Internasional Oceanic Festival (TIOF) 2018 di Kepulauan Togean, Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, Rabu, 8 Agustus. Selain <i>workshop</i> pembuatan layang-layang, acara yang baru akan dibuka sore ini juga menggelar pertunjukan <i>world music, diving, snorkeling</i>, kuliner laut, pameran kerajinan, seminar <i>eco-tourism</i>, dan lain-lain. TEMPO/Nita Dian

Anak-anak suku Bajo di Pulau Papan menggambar layang-layang saat acara Togean Internasional Oceanic Festival (TIOF) 2018 di Kepulauan Togean, Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, Rabu, 8 Agustus. Selain workshop pembuatan layang-layang, acara yang baru akan dibuka sore ini juga menggelar pertunjukan world music, diving, snorkeling, kuliner laut, pameran kerajinan, seminar eco-tourism, dan lain-lain. TEMPO/Nita Dian

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Usia di bawah lima tahun atau balita adalah periode emas untuk daya eksplorasi anak. Psikolog anak, Jovita Maria Ferliana mengatakan unsur seni mampu meningkatkan kreativitas anak dan mengasah kemampuan berpikir dari sudut pandang yang berbeda.

Baca juga:
Repotnya Kim Kardashian dengan 3 Balita, Perjuangan Foto Bareng

"Jadi mereka bebas berkreasi dan berpikir out of the box,” kata Jovita di Tangerang. Berlajar seni sejak dini juga mampu melatih kerja sama anak tersebut dengan orang lain. Kemampuan ini menjadi penting karena seseorang tidak bisa hidup sendiri melainkan butuh bantuan orang lain. “Walaupun pintar, tapi tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, itu membuat orang tidak melihat kemampuan dia."

Ilustrasi anak yang wajahnya dilukis. shutterstock.com

Unsur seni yang mendorong kreativitas ini juga bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak sejak dini dan menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Satu pesan Jovita kepada anaknya yang sedang berkreasi di bidang seni, jangan menyalahkan anak dalam kondisi apapun, atau meski kenyataannya mereka berbuat salah.

Contoh, jika diminta mewarnai tanaman kemudian anak menorehkan warna biru pada bagian daun, jangan serta-merta memarahi anak. Beritahu dengan baik dan pahami dunia imajinasinya. "Jangan menyalahkan anak. Dengan begitu, dia akan tetap percaya diri dan memperbaiki kesalahannya,” ucap dia.

Artikel lainnya:
Tips Menggendong Anak yang Benar Sesuai Usia
Apa Itu Stunting dan Cara Terbaik Menangani Balita Stunting

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."