4 Cara Deteksi Dini Kanker Serviks

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com

Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan mencatat kanker serviks dan payudara merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia.

Sepanjang 2010-2013, kanker payudara, kanker serviks, dan kanker paru merupakan tiga penyakit terbanyak di RS Kanker Dharmais dengan jumlah kasus baru serta jumlah kematian yang terus meningkat.

Menurut Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp. OG (K) Onk, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, upaya antisipatif merupakan hal yang lebih penting untuk dilakukan agar jumlah kasus tidak terus meningkat.

Baca juga:
Keluarga Punya Riwayat Kanker, Ikuti Cara Angelina Jolie
Kenali Gejala Kanker Limfoma Hodgkin, Penyebab Kematian Nomor 6
Melly Goeslaw : Kanker Payudara Pelajaran Buat Laki - laki

Tindakan pemeriksaan dini atau proses skrining idealnya dilakukan sejak aktif berhubungan seksual, yang mana pemeriksaan setiap tahun diperlukan untuk memantau kondisi organ kewanitaan.

Perkembangan ilmu dan teknologi medis saat ini telah menghasilkan beberapa metode pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi lesi prakanker. Yang pertama adalah IVA.

"IVA merupakan metode pemeriksaan yang paling mudah, murah, dan dapat dilaksanakan di Indonesia," ungkapnya.

Dalam metode pemeriksaan ini mulut rahim dibalur dengan asam cuka 25 persen dan reaksi yang terjadi kemudian dianalisis.

Metode berikutnya adalah Papsmear. Tes ini dilakukan dengan pengambilan contoh sel-sel yang dilepaskan (eksfoliasi) dari lapisan epitel serviks. Sel-sel tersebut akan tampak tidak normal bila terjadi perubahan karena infeksi HPV, lesi prakanker, atau kanker jika diperiksa di laboratorium.

Selanjutnya adalah metode pemeriksaan dengan tes DNA HPV. Pemeriksaan molekular ini memiliki tingkat akurasi hingga 99 persen. Tes ini bahkan dapat mendeteksi kemungkinan timbulnya lesi prakanker meski belum terjadi perubahan pada sel.

Kolposkopi merupakan metode pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dilengkapi dengan lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Jika memang ditemukan adanya jaringan yang terinfeksi, biopsi terarah (pengambilan sejumlah kecil jaringan tubuh) dapat dilakukan dengan alat ini.

"Selain pemeriksaan rutin, tindakan yang perlu dilakukan adalah mendapatkan vaksinasi HPV," jelas Fitriyadi.

Vaksinasi ini dapat dilakukan oleh wanita berusia mulai 9 sampai 55 tahun, meski masa terbaik adalah pada 9 sampai 12 tahun. Vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada 0 bulan, 1-3 bulan, dan 6 bulan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."