Suami yang Berselingkuh, Umumnya Akan Kembali ke Keluarga

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rita Nariswari

google-image
Ilustrasi pasangan rujuk. Shutterstock

Ilustrasi pasangan rujuk. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perselingkuhan memang membingungkan. Coba cermati, saat pria berselingkuh dengan perempuan lain belum berarti dia ingin meninggalkan istrinya.

Malahan ketika hubungan dengan perempuan lain tercium pasangan sahnya, si pria pun meminta maaf dan minta untuk dibukakan pintu untuknya kembali lagi ke keluarga. Atau dalam kasus tertentu, si pria tetap tidak mau meninggalkan keluarga. 

Baca: Perselingkuhan, Begini Efeknya pada Anak, Pasangan dan Pelakor

Dalam kasus Jennifer Dunn, misalnya. Ketika aktris itu dibui, suami sirinya memilih untuk lebih banyak bersama keluarganya. Bahkan pergi liburan bersama anak-istrinya. 

Menurut paparan dalam relationshippsychology.com, biasanya ada dua pemicu yang membuat kaum Adam ini kembali ke pangkuan istrinya.

1. Mereka sadar bahwa affair itu salah besar

Umumnya para pria yang terlibat dalam perselingkuhan tengah mengatasi masalah rasa percaya dirinya. Belum lagi, saat itu kondisinya memang memungkinkan untuk berselingkuh.

Mereka merasa  ternyata mempunyai wanita idaman lain itu  malahan bikin stres. Ada rasa takut, tidak nyaman, dan keraguan.

2. Ingin kembali ke keluarga 
Hanya beberapa saat setelah berselingkuh saja para pria ini sadar bahwa mereka telah kehilangan keluarganya, dan hal lainnya. Dan mereka pun ingin kembali ke keluarganya.

Baca: Minimal 6 Bulan untuk Normal, Usai Perselingkuhan. Cek Tandanya.

Menurut Jay-Kent Ferraro PhD, MBA, sangat mungkin pernikahan tetap dipertahankan setelah salah satu berselingkuh. "Pasangan yang ditelikung harus menyembuhkan luka hatinya dan kedua pihak mendesain ulang hubungannya,” ucap penulis buku Surprised by Love seperti dikutip dari Psychologytoday.com.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."