Ungu yang Naik Daun dan Sir William Henry Perkin

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rita Nariswari

google-image
Dallas New York Fashion Week akhir Februari lulu, Adam Selman memunculkan warna ungu pekat pada kreasinya (pinterest.com).

Dallas New York Fashion Week akhir Februari lulu, Adam Selman memunculkan warna ungu pekat pada kreasinya (pinterest.com).

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -Di pangggung busana, warna ungu tidak terlalu banyak dimunculkan. Berbeda dengan warna lain. Seperti hitam, putih, merah, hijau, abu-abu, bahkan dibanding oranye pun, ungu bukan warna yang sering dipilih oleh para desainer busana.

Namun ketika Pantone menyebut ultra violet sebagai tren warna tahun ini, sejak awal tahun peragaan busana punya ciri berbeda. Ungu mulai sering dimunculkan.

Dari yang ungu pucat hingga yang kental seperti magenta. Dari gaun, atasan, celana, hingga tas. Ternyata ungu bisa tampil menggoda. Pantas, di masa lalu pernah begitu digandrungi.

Sejumlah label yang memunculkan warna ungu untuk kreasinya antara lain, Victoria Beckham, Bottega Veneta, Adam Selman, Priscavera.

Victoria Beckham tak mau ketinggalan dalam meramaikan tren warna ungu tahun ini, dengan mengeluarkan tas ungu superbesar (pinterest.com)

Panggung busana tahun ini seperti membawa orang ke masa lalu, saat Sir Wlliam Henry Perkin, untuk pertama kalinya menemukan warna ungu, atau dikenal dengan sebutan mauvine.

Pada 1860-an itu, orang begitu gandrung terhadap warna ungu setelah pria Inggris yang lahir pada 12 Maret 1838 itu memunculkan warna sintetis yang pertama.

Bahkan tak ketinggalan Ratu Inggris, Ratu Victoria pun sempat tampil dalam busana berwarna ungu. Oleh Kerajaan Inggris pula, Sir William Henry Perkin pun  dianugerahi gelar bangsawan. 

Hari ini bertepatan dengan ulang tahun ke-180 dari Sir William Henry Perkin, Google pun mempersembahkan ilustrasi doodle. Ahli kimia yang membuat orang terpana pada ungu. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."