Annisa Bahar VS Juwita Bahar, Awas Konflik Ibu dan Anak Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Annisa Bahar. Tabloidbintang.com

Annisa Bahar. Tabloidbintang.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Annisa Bahar dan putrinya, Juwita Bahar tengah bersitegang. Annisa Bahar menolak hubungan Juwita dengan pacarnya, Deddy, sedangkan Juwita tak ingin ibunya ikut campur dalam urusan pribadinya. Annisa Bahar menilai Deddy tak tulus mencintai Juwita Bahar, terlebih keduanya sudah tinggal serumah sejak lama. Annisa juga khawatir sakit radang selaput otak atau meningitis yang pernah diderita Juwita Bahar kambuh.

Baca juga:
Juwita Bahar Dibilang Kumpul Kebo, Simak Kata Psikolog
Konflik Juwita Bahar, Sikap Anak Jika Orang Tua Tolak Pacar
Juwita Bahar, Tak Ingin Melawan Annisa Bahar Juga Tolak Dicampuri

Segala nasihat Annisa Bahar tak diindahkan, hingga perempuan 41 tahun itu marah dan menyatakan mencoret nama Juwita Bahar dari daftar anggota keluarga. Juwita Bahar tampaknya tak gentar. Di akun Instagram, Juwita Bahar, 22 tahun, melepaskan nama keluarga 'Bahar' dan menjadi Juwita Tofhany.

Penyanyi Dangdut Juwita Bahar. TEMPO/Nurdiansah

Pertengkaran ibu dan anak perempuannya ini tampaknya sudah mencapai puncak. Psikolog keluarga Kasandra Putranto mengatakan tidak banyak ibu yang tercatat atau dicatat memutuskan tali silahturahmi dengan anaknya. Meksi begitu, dia tak memungkiri jika kasus 'ibu menceraikan anak' tersebut banyak terjadi di lapangan.

Menurut Kasandra Putranto, anak perempuan yang beranjak dewasa umumnya rawan berkonflik dengan ibunya. "Konflik ini berkaitan dengan profil psikologis khas dari ibu dan anaknya,” kata Kasandra, Senin 19 Februari 2018. Profil psikologis khas itu mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial. Tiga unsur itulah yang menentukan bagaimana seseorang memahami sesuatu, situasi, dan berbagai hal lainnya.

Kasandra Putranto menjelaskan, keterbatasan dan perbedaan profil psikologis khas antara ibu dan anak ini dapat memicu konflik yang berkepanjangan. "Masalah sepele saja bisa menjadi konflik berkepanjangan," ujarnya.

Jika ibu dan anak berniat untuk memperbaiki hubungan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengatur dorongan atau kehendak pribadi kemudian menyeimbangkannya dengan nilai-nilai yang berlaku. Nilai-nilai yang berlaku ini antara lain nilai agama, hukum dan sosial. Ingatlah kembali bagaimana masa ketika anak masih kecil, di mana ibu dan anak perempuannya bisa bermain bersama dengan penuh cinta kasih.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."