Hari Gizi Nasional, Pemberian MPASI Kaya Protein Hewani Bisa Cegah Stunting

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi daging sapi. Foto: Unsplash/PK

Ilustrasi daging sapi. Foto: Unsplash/PK

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Memperingati Hari Gizi Nasional, momen ini menjadi refleksi bagi kita semua untuk meninjau kembali kebijakan dan praktik gizi di Indonesia, terutama dalam konteks pemanfaatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) atau Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang kaya protein hewani. 

Esensi dari Hari Gizi Nasional tidak hanya sebatas seremonial, tetapi juga sebagai ajang penyebaran kesadaran akan pentingnya nutrisi bagi kesehatan masyarakat. Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, PMT lokal kaya protein hewani muncul sebagai salah satu solusi vital dalam memperkaya asupan gizi bangsa. 

Melansir laman Kementerian Kesehatan, protein hewani, diketahui memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan dan pemulihan tubuh. Dibandingkan protein nabati, protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan mudah diserap oleh tubuh. Di Indonesia, sumber protein hewani yang umum dikonsumsi seperti ayam, sapi, ikan, dan telur, harus lebih dioptimalkan pemanfaatannya, khususnya dalam program-program PMT.

Protein Hewani Cegah Stunting

Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen tahun 2021, namun masih perlu upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen. 

Stunting dapat terjadi sejak sebelum lahir, hal ini dapat dilihat dari prevalensi stunting berdasarkan kelompok usia hasil SSGI 2022, dimana terdapat 18,5 persen bayi dilahirkan dengan panjang badan kurang dari 48 cm. Dari data tersebut kita dapat melihat pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil. Hasil yang cukup memprihatinkan dari survei yang sama adalah risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali dari kelompok umur 6-11 bulan ke kelompok umur 12-23 bulan (13,7 persen ke 22,4 persen). 

Hal ini menunjukkan ‘kegagalan’ dalam pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan. Dimasa ini sangat penting untuk memperhatikan dan menjamin kecukupan energi dan protein pada anak untuk mencegah terjadinya stunting.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti susu, daging/ikan dan telur. Evidence juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari hewani lebih dari satu lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal

Pilihan Editor: Hari Gizi Nasional, Yuk Cek Lagi Berapa Banyak Lemak Sehat yang Harus Kamu Konsumsi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."