Atasi Tuberkulosis dengan Deteksi Tes Diagnostik Indigen, Seperti Apa?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dikutip situs resmi Kementerian Kesehatan, Pemerintah pada tahun 2024 menargetkan 90 persen dari 824 ribu kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia dapat dideteksi. Menurut Global TB Report 2021, diperkirakan ada 824 ribu kasus TBC di Indonesia. tetapi pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48 persen). Sisanya sekitar 52 persen kasus TBC belum ditemukan atau sudah ditemukan namun belum dilaporkan.

PT Kalbe Farma, Tbk melalui KalGen DNA melakukan inovasi tes diagnostik TBC (tuberkulosis) INDIGEN untuk mendukung pemerintah mengatasi penyakit TBC di Indonesia. INDIGEN ini adalah Reagen Kit untuk pengujian atau tes diagnostik TBC (tuberkulosis) dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).

"Dengan memanfaatkan mesin PCR yang sebelumnya digunakan untuk tes covid dan telah tersebar luas di seluruh Indonesia, apalagi dengan ketersediaan tenaga ahli untuk mengoperasikan PCR, INDIGEN dapat diimplementasikan dengan mudah untuk memperluas jangkauan tes skrining TBC, apalagi tes ini termasuk open system bahkan yang pertama di Indonesia,"  kata Direktur KalGen DNA Retno Ambarwati.

Sebagai pilot project INDIGEN rencananya akan dimanfaatkan pada program penemuan kasus aktif TBC di 12 Kabupaten Kota yang tersebar di 7 provinsi.  Ke depan kapasitas testing TBC dapat ditingkatkan melalui pemanfataan infrastruktur ex-COVID yang telah ada. Melalui Pilot project ini diharapkan dapat mempercepat kesiapan laboratorium rujukan dalam proses implementasi program testing TBC ke depan.
  
Sementara itu, Corporate External Communication PT Kalbe Farma Tbk Hari Nugroho menambahkan bahwa inovasi tes diagnostik TB INDIGEN merupakan salah satu dari inisiatif berkelanjutan perusahaan yakni memberikan akses kesehatan kepada masyarakat.

"Melalui sumber daya dan infrastruktur yang dimiliki Kalbe, Kami kami akan terus berperan dalam mendukung tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang kesehatan. Kalbe berkomitmen mendukung pemerintah dalam memperbaiki layanan kesehatan di Indonesia, seperti inovasi dan penelitian alat kesehatan dalam negeri, obat bioteknologi, obat generik, termasuk nutrisi bagi pengentasan stunting di Indonesia," kata Hari.

Reagen kit INDIGEN telah mendapatkan ijin edar dari Kementerian Kesehatan RI, serta memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN+BMP) sebesar 40,82 persen. Produk ini tersedia dalam kemasan siap pakai yang dilengkapi dengan reagen kit untuk proses ekstraksi DNA sehingga sampel pasien siap untuk dilakukan uji molekuler dengan PCR.

Produk INDIGEN yang juga meraih penghargaan karya anak bangsa kategori industri alat kesehatan untuk produk INDIGEN dari Kementerian Kesehatan ini dapat mendeteksi beberapa target gen TBC sekaligus yaitu bakteri Mycobcterium tuberculosis (MTB), Non tuberculous mycobacteria (NTM), maupun resistensi obat Isoniazid dan Rifampicin. 

Dengan deteksi bakteri maupun resistensi obat sekaligus, INDIGEN memungkinkan pasien mendapatkan penanganan yang sesuai sehingga hasil pengobatan lebih optimal.  Inovasi tes diagnostik ini merupakan hasil sinergi antara Academic, Business, Government dan Community (ABGC).   

Dalam mengembangkan INDIGEN, KalGen DNA  melibatkan berbagai institusi seperti Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Rumah Sakit Paru dr. H. A. Rotinsulu Bandung, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Jakarta, Laboratorium Kesehatan (Labkes) Provinsi Jawa Barat, dan Laboratorium Tuberkulosis Pusat Riset RC3ID Bandung. 

Pilihan Editor: Jangan Hanya Bergantung Obat, Perhatikan Nutrisi untuk Pasien Tuberkulosis

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."