Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ahli Gizi Ungkap Penyebab Keracunan Makan Bergizi Gratis, Kontaminasi Bakteri

foto-reporter

Reporter

google-image
Petugas dari Balai POM Kota Solo mengambil sampel makanan dari makan bergizi gratis yang didistribusikan ke SDN Purwodiningratan Solo untuk melakukan uji di tempat, Jawa Tengah,  13 Januari 2025. TEMPO/Septhia Ryanthie

Petugas dari Balai POM Kota Solo mengambil sampel makanan dari makan bergizi gratis yang didistribusikan ke SDN Purwodiningratan Solo untuk melakukan uji di tempat, Jawa Tengah, 13 Januari 2025. TEMPO/Septhia Ryanthie

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Kasus keracunan terus terjadi sejak proyek makan bergizi gratis dijalankan pada Januari lalu. Di Jawa Barat, misalnya, sebanyak 657 pelajar keracunan usai menyantap menu MBG. Sebagai contoh, keracunan akibat menu MBG itu terjadi di beberapa sekolah di Kecamatan Kadungora, Garut, pada 16 September 2025.

Siswa mulai merasakan gejala keracunan setelah memakan makanan yang disalurkan oleh dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Al Bayyinah. Dapur MBG itu pun kini ditutup sementara. 

Adapun sejak program MBG diluncurkan pada awal tahun ini, beberapa lembaga pemerintah dan non-pemerintah melakukan pemantauan terhadap pelaksanaannya. Namun, data mengenai jumlah kasus keracunan sajian MBG berbeda-beda.

Lantas, apa yang menyebabkan keracunan setelah anak mengonsumsi MBG? Guru besar pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS mengatakan makanan yang tidak dikonsumsi dalam waktu dekat harus ditutup rapat di wadah yang kedap udara untuk menghindari kontaminasi penyebab keracunan makanan.

“Ketika kita akan membawa makanan itu keluar untuk disantap siang hari dan sebagainya, itu yang harus diperhatikan adalah tutupnya harus rapat, tidak mudah terkontaminasi oleh cemaran-cemaran yang dari luar,” kata Ali kepada ANTARA, Rabu, 24 September 2025.

Ia mengatakan makanan yang baru dimasak bisa disimpan dalam wadah yang memiliki tutup rapat. Namun disarankan untuk menunggu sedikit dingin terlebih dahulu sebelum ditutup rapat.

Hal ini agar uap panas tidak terperangkap di dalam wadah dan uap panasnya tidak terkena makanan yang bisa memengaruhi kualitas makanan.

Selain itu, penyebab keracunan makanan juga bisa disebabkan karena pengolahan bahan makanan yang dimasak belum matang sehingga masih banyak bakteri di dalamnya yang belum mati.

“Pengolahan makanan yang tidak optimal, kurang matang sehingga masih banyak bakteri yang ada di dalam makanan dari makanan mentah sebelumnya misalnya, dalam memasak daging kurang matang baik daging ayam atau daging sapi, itu semuanya bisa menjadi penyebab terjadinya keracunan makanannya,” kata Ali.

Ia juga mengatakan saat memasak air juga dipastikan sumber air tidak terkontaminasi bakteri yang bisa menyebabkan keracunan.

Pertolongan Pertama Jika Anak Keracunan 

Ali mengatakan jika mendapati anak keracunan makanan segera kirim ke klinik kesehatan atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan kesehatan yang optimal sehingga dampak yang lebih fatal bisa dihindari.

Apabila gejala keracunan cukup fatal seperti muntah atau diare terus menerus maka harus dirawat oleh dokter agar bisa diberikan infus dan obat sehingga kondisinya akan semakin baik.

Ia juga menyebut penggunaan air kelapa sebagai salah satu terapi bisa dilakukan namun bukan berarti sebagai penanganan utama saat keracunan.

Air kelapa bisa menggantikan elektrolit yang keluar ketika seseorang diare atau muntah akibat keracunannya, dan sebagian mungkin bisa menetralisir keracunan yang terjadi, namun sifatnya hanya sementara dan tetap perlu penanganan tenaga kesehatan.

Untuk menghindari keracunan, Ali menyarankan untuk menjaga kebersihan diri dan bahan makanan yang akan dikonsumsi serta mempertimbangkan pengolahan makanan yang baik dari sumber bahan makanan yang baik juga.

Pilihan Editor: Pakar Imbau Program Makan Bergizi Gratis Diprioritaskan untuk Ibu Hamil dan Menyusui

TEMPO | ERVANA TRIKARINAPUTRI 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement