4 Hal Ini Terjadi pada Otak Anak saat Bermain dengan Orang Tua, Menurut Penelitian

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi orang tua bermain dengan anak. Foto: Freepik.com/Jcomp

Ilustrasi orang tua bermain dengan anak. Foto: Freepik.com/Jcomp

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah Anda, ketika anak bermain dengan orang tua berperan penting dalam segala jenis pertumbuhan, termasuk otak. Penelitian beberapa dekade terakhir mengenai tahun-tahun awal perkembangan otak telah menghasilkan beberapa fakta menarik, serta praktik terbaik yang perlu diikuti oleh orang tua. Kali ini, kita mengulik hal-hal yang terjadi pada otak anak ketika Anda bermain dengan mereka.

1. Melepaskan Banyak Zat Biokimia yang “Baik"

Stefanie Lattner, CEO WeVibin Inc. yang juga Kepala Penelitian di Respironics mengatakan bahwa sebagai organisme hidup, kita sebaiknya mengingat bahwa segala sesuatu di lingkungan kita, mulai dari makanan hingga apa pun yang kita rasakan, sentuh, atau cium, memiliki efek biokimia di otak.

“Penelitian telah menunjukkan bahwa reaksi kimia memang terjadi, selain dopamin ada juga bahan kimia yang memperkuat ikatan sosial dan membantu pembangunan di masa depan,” ujarnya dikutip dari PureWow, 25 November 2023.

Daftar bahan kimia waktu bermain meliputi:

- Dopamin: memberi isyarat kepada anak “hei, ini menyenangkan”

- Oksitosin: melepaskan ikatan yang memperkuat antar teman bermain

- Endorfin: meningkatkan suasana hati atau mood

- Serotonin: mengatur suasana hati.

- Asetilkolin: mendukung perhatian, pembelajaran dan memori

- GABA: menstabilkan suasana hati

2. Membangun Arsitektur Otak

Otak tidak seperti ginjal, sebuah organ yang hanya berfungsi sebagai organ standar dan kemudian terisi dengan cairan tubuh apa pun yang ditugaskan untuk dikelolanya. Otak adalah organ yang tumbuh sesuai bentuknya—yang disebut arsitektur otaknya—sesuai dengan tugas yang diberikan untuk dikelolanya (misalnya, otak pelempar Liga Utama mungkin akan berkembang berbeda dari insinyur nuklir).

Olahragawan atau ilmuwan, masing-masing dari kita memiliki arsitektur otak yang unik, yang terdiri dari miliaran koneksi antarneuron di otak, sebuah proses yang berkelanjutan dari sebelum lahir hingga dewasa.

Pada saat yang sama otak anak Anda membangun arsitekturnya dengan menciptakan koneksi sinaptik baru, otak juga menyederhanakan koneksi yang dianggap kurang penting.

“Ini disebut 'pemangkasan',” kata Lattner. “Jadi, apa pun yang Anda tunjukkan kepada anak, baik secara visual maupun taktil, akan membantu mereka mengetahui apa yang harus disimpan dan apa yang harus dibuang,” jelasnya.

Perubahan fisik lain yang terjadi pada anak usia dini adalah mielinisasi atau pembentukan semacam selubung isolasi di sekitar saraf yang membantu saraf berfungsi lebih baik.

“Mielinasi berlanjut hingga masa kanak-kanak dan remaja, ini adalah materi putih otak,” kata Lattner. “Kalau tidak matang, itu menyebabkan saraf tidak bekerja dengan cepat.”

Misalnya, saat Anda melempar bola ke balita, mereka harus menggunakan penglihatan, pendengaran, dan pengambilan keputusan untuk bereaksi. Dan perhatian, kontrol motorik, dan bahkan sesuatu yang sederhana seperti menegakkan tubuh kecil mereka (bayangkan balita terjatuh saat bermain) semuanya merupakan hasil dari fungsi saraf.

Semua saraf memiliki kemampuan untuk bekerja sama karena mereka telah berlatih selama waktu bermain, tidak hanya waktu bermain dengan orang dewasa. Namun karena orang dewasa pada umumnya memiliki kemampuan bermain sederhana yang lebih terlatih dan penuh empati dibandingkan anak kecil lainnya, hal ini merupakan landasan yang bagus.

3. Korteks Prefrontal Diaktifkan

Waktu bermain anak dengan orang tua mengaktifkan korteks prefrontal, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab membuat rencana, mengatur emosi, dan memecahkan masalah.

“Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali, memahami, mengelola, dan menggunakan emosi diri sendiri secara efektif, serta kemampuan untuk memahami dan memengaruhi emosi orang lain,” ujar Sanam Hafeez, psikolog berlisensi di New York, Amerika Serikat.

Saat bermain dengan orang dewasa, yang telah mengembangkan kecerdasan emosional lebih canggih dibandingkan anak-anak, anak-anak mampu mencontohkan perilaku mereka berdasarkan tindakan orang dewasa dan berkembang dengan cara yang dapat diterima secara sosial.

4. Membangun Kepercayaan Diri Anak

Dalam permainan bebas, bagian bawah otak anak terlibat ketika mereka bergerak, mengeluarkan emosi, dan membuat pilihan tentang apa yang harus dilakukan. Hal itu memberi mereka perasaan memiliki kendali atas dunianya. Selain itu, wilayah otak bagian bawah terlibat selama keterlibatan emosional selama waktu bermain, itulah sebabnya bermain dengan anak-anak membuat orang tua lebih dekat dengan mereka.

“Anak mengalami perhatian penuh selama bermain, menumbuhkan hubungan emosional yang mendalam,” kata Hafeez.

Keamanan emosional yang diberikan melalui permainan berkontribusi terhadap kesejahteraan emosional anak secara keseluruhan, juga membantu mereka menghadapi tantangan hidup dengan rasa aman dan percaya diri.

Hal ini menjelaskan bagaimana, jika Anda ingin memperkuat hubungan Anda dengan anak, bermain dengan anak tidak hanya memupuk kedekatan, tetapi juga menghubungkan Anda sebagai orang tua sebagai jalan menuju pembelajaran dan pertumbuhan.

Pilihan Editor: 6 Manfaat Musik untuk Anak, Baik untuk Perkembangan Otak hingga Menghargai Keberagaman

PUREWOW

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."