Siklus Menstruasi Tidak Teratur, Obesitas Bisa Jadi Salah Satu Penyebab

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita memegang kalendar menstruasi. Freepik.com

Ilustrasi wanita memegang kalendar menstruasi. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Obesitas berat badan menjadi salah satu penyebab gangguan hormonal yang mengakibatkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Spesialis kebidanan dan penyakit kandungan Dokter  Riyan Hari Kurniawan mengatakan salah satu yang menjadi penyebab mens tidak teratur dari pengalaman kami banyaknya gangguan hormonal di usia remaja atau usia muda itu karena problem overweight (kelebihan berat badan) atau obesitas.

“Salah satu yang menjadi penyebab mens tidak teratur dari pengalaman kami banyaknya gangguan hormonal di usia remaja atau usia muda itu karena problem overweight (kelebihan berat badan) atau obesitas,” ucap dokter di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2023. 

Riyan mengatakan penyebab siklus menstruasi tidak teratur bisa dicari tahu melalui pemeriksaan oleh dokter kandungan menggunakan ultrasonografi (USG). Dari pemeriksaan USG akan terlihat jika ada benjolan seperti miom atau ada penebalan di rahim, dan akan dilakukan tindakan seperti penipisan dinding rahim atau pengobatan membuang miom.

Jika tidak ada tanda-tanda tersebut, bisa disimpulkan menstruasi tidak teratur karena gangguan hormonal yang seringkali disebabkan karena masalah berat badan berlebih. Untuk memperbaiki hormon, pasien biasanya akan diminta untuk mengurangi asupan tinggi karbohidrat dan garam, serta mengonsumsi makanan tinggi serat.

“Misalnya makanan-makanan yang tinggi serat, tinggi protein, kemudian kita hindari makanan yang tinggi karbohidrat kompleks, kemudian tinggi lemak jenuh, tinggi garam, perbanyak sayur, perbanyak buah, menambah aktivitas fisik misalnya,” ucap Riyan.

Dia mengatakan batasan normal menstruasi yang teratur setiap bulan adalah antara 24 hingga 38 hari, dengan siklus dalam satu bulan maksimal 8 hari menstruasi. Sedangkan volume darah menstruasi yang normal selama siklus bisa dilihat dari seringnya mengganti pembalut.

Jika lebih sering mengganti pembalut dalam sehari karena volume darah yang lebih deras dari sebelumnya, demikian juga jika lama menstruasi yang lebih dari 2 minggu, Riyan mengatakan itu sudah termasuk gangguan siklus menstruasi yang tidak normal.

“Misalnya perempuan ini menstruasinya normal, sebulan sekali kemudian lamanya juga normal 5 hari, tetapi, darahnya banyak setiap hari bisa ganti pembalut 5-6 kali. Ini juga termasuk dari gangguan pola haid,” ucap Riyan.

Sementara itu, pada ibu yang sudah melahirkan, pola haid juga bisa berubah dan belum sepenuhnya kembali normal dalam beberapa bulan karena ada pengaruh dari menyusui.

Jika frekuensi menyusui langsung terhitung cukup banyak, yaitu sekitar delapan kali per hari atau setiap tiga jam, dalam enam bulan pertama kemungkinan dia tidak mengalami haid. Namun, setelah selesai masa menyusui yaitu sekitar 1 atau 2 tahun, siklus menstruasi akan kembali normal seperti sebelum melahirkan.

“Kalau setelah melahirkan setahun atau dua tahun siklus menstruasi tidak kembali ke normal, nah itu bukan pengaruh melahirkannya. Sebaiknya segera cek ke dokter untuk mencari tahu apa penyebab pastinya,” ucap dokter lulusan Universitas Indonesia itu.

Riyan menyarankan jika pada wanita merasa siklus menstruasi terganggu diharapkan untuk mengecek ke dokter kandungan sebelum mengonsumsi obat-obatan atau minuman pelancar haid. Dokter akan mengecek atau menyarankan untuk memperbaiki pola hidup.

Pilihan Editor: Alasan Mengapa Olahraga Berlebihan Bisa Bikin Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."