9 Alasan Perempuan Pertahankan Pernikahan meski Suami Selingkuh

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi selingkuh. Shutterstock

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kabar kurang mengenakkan datang dari dunia hiburan Hollywood. Dikabarkan suami aktris Natalie Portman, Benjamin Millepied, selingkuh. Sontak saja, kabar perselingkuhan ini menghebohkan publik dan menimbulkan pertanyaan tentang kondisi pernikahan pasangan yang sebelumnya terlihat bahagia ini. 

Menurut sumber yang dikutip dari People,  hubungan Millepied dengan selingkuhannya yang diduga Cemille Etienne, aktivis berusia 25 tahun, hanya berlangsung singkat dan telah berakhir. Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa Millepied menyadari kesalahannya dan sedang berusaha keras untuk mendapatkan maaf dari Natalie dan menjaga keutuhan keluarga mereka.

Meskipun demikian, Natalie sangat menjaga privasi dan tidak memiliki niat untuk membicarakan masalah ini di media. Prioritas utamanya adalah melindungi anak-anak mereka dan menjaga privasi keluarga. Hingga saat ini, perwakilan dari Portman dan Millepied belum memberikan komentar mengenai situasi ini.

Seperti Natalie Portman, apa saja alasan perempuan pertahankan pernikahan meski suami selingkuh? Berikut beberapa di antaranya menurut pakar hubungan profesional.

1. Ketakutan terhadap Kesendirian

Ketakutan terhadap kesendirian ini sering kali mendorong seseorang untuk tetap berada dalam hubungan yang buruk. Saat suami terlihat bersama wanita yang lebih cantik, menarik, atau bahkan lebih muda, rasa percaya diri terkikis dan keyakinan bahwa pernikahan bisa bertahan pun tergoyahkan.

Lauren Mackler, pelatih kehidupan dan penulis buku Solemate: Master the Art of Aloneness and Transform Your Life, serta pembawa acara "Lauren's Life Keys" di Hay House Radio, menyatakan bahwa ketakutan akan kesendirian sering kali menjadi perekat yang kuat dalam mempertahankan pernikahan yang tidak sehat.

Lebih lanjut, Mackler menyebutkan bahwa wanita cenderung lebih takut akan kesendirian daripada pria. Hal ini dapat disebabkan oleh keyakinan bahwa mereka membutuhkan seorang pria untuk merasa aman dan terlindungi. Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah kita capai, pesan-pesan yang menguatkan kebutuhan tersebut masih ada dalam budaya kita.

2. Faktor Ekonomi

Ketakutan terbesar bagi banyak perempuan tetap pertahankan pernikahan meski suami selingkuh adalah finansial. Gilda Carle, pencipta DrGilda.com dan penulis buku He's Not All That, menjelaskan bahwa wanita sering kali memiliki kekhawatiran bahwa jika suami mereka berselingkuh dan meninggalkan mereka, mereka akan terjebak dalam kehidupan yang miskin.

"Dalam pikiran mereka, mereka akan meninggalkannya untuk hidup dalam kemiskinan hanya karena dia berkeliaran di tempat lain," jelas Carle.

Ketakutan ini tidak sepenuhnya tanpa dasar. Dalam perceraian, seorang wanita kemungkinan besar akan menghadapi kesulitan finansial. Menurut penelitian, standar hidup mantan istri bisa turun lebih dari 25%. Selain itu, mereka juga berisiko kehilangan perlindungan asuransi kesehatan dan keamanan tempat tinggal.

Kekhawatiran akan stabilitas keuangan menjadi salah satu faktor yang mendorong banyak wanita untuk bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat meskipun suami selingkuh. 

3. Konsep Tak Ada Pasangan yang Sempurna.

Perselingkuhan mungkin bukan pemecah kesepakatan, jelas Michele Sugg, terapis seks bersertifikat di Branford, Conn, Amerika Serikat. Sepakat dengan Sugg, begitulah cara berpikir pengantin baru, menurut Scott Haltzman, psikiater Brown University sekaligus penulis The Secrets of Happily Married Women dan The Secrets of Happy Families.

"Namun, saat orang hidup, menua, dan tumbuh bersama, mereka menyadari bahwa mereka harus melepaskan impian akan pasangan yang sempurna,” katanya. "Mereka tahu (ada saat) pasangan mereka pada akhirnya akan mengecewakan mereka," tegasnya.

Baca juga: Belajar dari Drakor Doctor Cha, Simak 6 Tips Mengatasi Pasangan yang Berselingkuh

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."