Leptospirosis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita sakit kepala/pusing. Shutterstock.com

Ilustrasi wanita sakit kepala/pusing. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Leptospirosis atau dikenal juga sebagai penyakit kencing tikus akhir-akhir ini kasusnya meningkat di beberapa daerah di Indonesia. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Semarang, Dr dr. Muchlis Achsan Udji Sofro mengatakan penyebab leptospirosis adalah bakteri Leptospira interrogans. 

Dan, biasanya terjadi di daerah rawan banjir atau memiliki genangan air seperti area persawahan. 

"Selain itu, biasa dialami juga oleh orang yang hygiene (kebersihannya) tidak terjaga seperti jarang cuci tangan, memiliki luka terbuka yang tidak diobati terutama kulit pecah-pecah," katanya dalam acara daring bersama media, Rabu, 8 Maret 2023.

Lebih lanjut, Muchlis mengatakan bakteri Leptospira bisa menjangkiti manusia lewat binatang khususnya tikus.

Bakteri tersebut tersebar lewat urine tikus dan berpindah ke genangan air atau banjir sehingga akhirnya menyebabkan manusia mengalami leptospirosis.

Gejala Leptospirosis

Ketua Divisi Penyakit Infeksi KSM Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang itu juga mengatakan gejala umum yang dialami penderita leptospirosis ringan ialah demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot.

Namun untuk penderita leptospirosis akut biasanya dapat terjadi infeksi pada organ tubuh penting lainnya, ditandai dengan pendarahan seperti gusi berdarah atau batuk berdarah serta kulit yang menguning.

Penyakit ini umumnya menjangkiti orang dewasa mengingat mobilitas orang dewasa di tengah kondisi banjir lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak sehingga potensi terinfeksinya juga lebih besar.

Ilustrasi tikus. Getty Images

Cara Mengatasi Leptospirosis

Muchlis mengatakan untuk penanganannya apabila seseorang mengalami gejala-gejala yang disebutkan, ada baiknya segera berkonsultasi pada dokter.

"Pengobatan Leptospirosis itu dalam keadaan ringan atau sedang 85 persen mudah sekali cukup diberikan antibiotik doksisiklin dan amoksisilin. Selama tujuh hari pengobatan sudah selesai,"ujar Muchlis.

Meski demikian untuk orang yang dinyatakan mengalami leptospirosis akut akan mendapatkan khusus di rumah sakit dengan injeksi cefriaxone.

Karena biasanya leptospirosis akut bisa menyebabkan kerusakan lainnya pada organ-organ penting seperti jantung (miokarditis), hati (hepatitis), hingga ginjal.

Apabila tidak ditangani dengan tepat leptospirosis dapat menyebabkan kematian.

Sebagai langkah pencegahan dari penyakit ini, Muchlis menyarankan khususnya untuk masyarakat di daerah rawan banjir agar dapat terus menjaga kebersihannya.

Data Leptospirosis

Adapun di Indonesia berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan pada Desember 2022 terdapat 1.408 kasus leptospirosis, sebanyak 139 kasus di antaranya dinyatakan meninggal.

Beberapa daerah dengan laju kasus tinggi pada periode tersebut di antaranya Jawa Tengah dengan 502 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) berkisar 13.94 persen. Kemudian Jawa Timur mencapai 401 kasus dengan CFR 3,49 persen, ada juga Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 235 kasus dan CFR 5,53 persen. Disusul Jawa Barat dengan 187 kasus dan CFR 16,04 Persen, serta Banten dengan 64 kasus dengan CFR 18,75 persen.

Menurut laporan Koran Tempo edisi 9 Maret 2023, tercatat 249 orang terinfeksi leptospirosis selama awal tahun 2023. Terhitung sampai pekan pertama Maret ini sembilan orang di antaranya meninggal.

Pilihan Editor: Tips Mencegah dan Mengatasi Luka saat Banjir

ANTARA | TEMPO

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."