Fakta Baik Buruk Keju yang Perlu Kamu Ketahui

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi keju. Shutterstock

Ilustrasi keju. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Keju adalah makanan yang lezat dan gurih, namun ada beberapa pro kontra mengenai apakah produk olahan susu favorit kebanyakan orang ini benar-benar bisa dikategorikan sebagai makanan sehat. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa keju memang memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan tubuh.

Sebagai contoh, keju fermentasi mengandung probiotik, yang merupakan bakteri usus baik yang dapat meningkatkan pencernaan dan kekebalan tubuh. Tentu saja manfaatnya tergantung pada jenis keju yang kamu konsumsi. Contohnya, keju cottage mengandung 15 hingga 20 gram protein, sementara keju cheddar memiliki lima hingga tujuh gram per porsi.

Menurut Anna Kippen, ahli diet dari Cleveland Clinic Wellness, pada dasarnya keju terbilang cukup bergizi, terutama dalam porsi yang sesuai.

Fakta baik tentang keju selanjutnya adalah salah satu camilan kaya gizi, dari mineral, lemak, hingga kalsium. Oleh karena itu, sebagian besar keju juga merupakan camilan ramah diet karena merupakan rendah karbohidrat yang dapat dimakan sendiri atau sebagai pugasan atau topping.

Keju juga bersifat rendah karbohidrat, sehingga tidak meningkatkan gula darah. Tentu saja, ini berlaku untuk orang yang dapat mengonsumsi laktosa. Jika kamu tidak toleran terhadap laktosa, makan terlalu banyak keju dapat menyebabkan masalah pencernaan, jelas Kippen.

Sekali lagi, ini semua tentang keseimbangan. Mengingat keju mengandung lemak jenuh dan natrium yang tinggi, jadi sebaiknya keju tidak dikonsumsi dalam jumlah banyak. Sebab bisa berpotensi meningkatkan kadar kolesterol. Bukan cuma itu fakta buruknya, keju juga memiliki kandungan zat besi yang rendah.

Baca juga: Jangan Berlebihan, Sebaiknya Konsumsi Keju Hanya 40 Gram Setiap Hari

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."