10 Alasan Sering Marah, dari Stres Berat hingga Kesedihan yang Belum Terselesaikan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kemarahan dapat muncul dari berbagai situasi dan alasan yang berbeda. Marah adalah salah satu jenis emosi dasar dan bersifat universal. Tapi lain ceritanya, jika kamu sering marah. Ada sejumlah alasan sering marah dari sisi psikologi dan masalah kesehatan tubuh yang perlu diketahui. Bisa jadi itu sinyal kamu sedang berada di bawah tekanan, ada kesedihan yang belum diselesaikan dalam diri, atau gangguan fisik.

Untuk lebih jelasnya, yuk simak sederet alasan sering marah.

1. Stres Berat

Jika kamu alami stres berat, kamu perlu meninjau akar penyebabnya. Stres bisa menjadi alasan utama mengapa kamu sering marah daripada biasanya dan terkadang kamu marah tentang hal-hal yang seharusnya tidak membuat kamu marah.

2. Kebiasaan Keluarga 

Mekanisme keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak sehat dan beracun mungkin menjadi alasan lain mengapa kamu sering marah. Saat anak-anak menjadi dewasa, mereka mewarisi kebiasaan dan perilaku keluarga. Jika orang tua kamu dulu sering menghukum atau membentak, kemungkinan besar kamu akan melakukan hal itu saat ini.

3. Masa Lalu yang Traumatis

Jika kamu pernah menghadapi masa lalu yang traumatis di masa lalu, kamu mungkin juga akan mudah marah tanpa alasan. Jika kamu alami gangguan stres pascatrauma  (PTSD), hal itu memicu kemarahan, frustrasi, atau ketakutan dalam diri saat kamu berhadapan langsung dengan situasi yang tidak nyaman.

Baca juga: Studi: Marah atau Stres Meningkatkan Risiko Stroke Sebanyak 30 Persen

4. Kewalahan dengan Harapan Besar

Harapan besar bisa membuat kamu kewalahan. Ketika orang membebani kamu dengan ekspektasi yang tidak realistis, kamu mungkin merasa telah mengecewakan mereka. Akibatnya, mungkin ada ledakan kemarahan yang tak terkendali. Jadi, kendalikan ekspektasi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kamu.

5. Kesedihan yang Belum Terselesaikan

Ketika kesedihan belum terselesaikan bisa menyebabkan kamu sering marah. Cobalah validasi emosi itu, jangan dihindari. Dan, berusaha berdamai dengan perasaan itu secara bertahap.

6. Penyakit Mental

Orang dengan penyakit mental termasuk gangguan obsesif kompulsif (OCD), bipolar, dan depresi, lebih mungkin mengalami ledakan kemarahan atau frustrasi yang tiba-tiba. Mereka bisa menjadi agresif dalam situasi tidak aman. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengungkapkan perasaan kamu secara lebih dalam dan berkonsultasi dengan psikolog yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut.

7. Kurang Tidur

Terdengar sepele, tapi ini berperan penting. Jika kamu tidak istirahat dengan cukup, kamu jadi susah mengelola emosi. Sering marah-marah salah satu kemungkinannya.

8. Epilepsi

Meskipun sangat jarang, para peneliti percaya bahwa serangan epilepsi yang dikenal sebagai kejang parsial sederhana dapat mempengaruhi emosi kamu dan menyebabkan kemarahan serta perasaan agresi.

9. Penyalahgunaan Alkohol dan Narkoba 

Menurut para ahli, minum alkohol terlalu banyak atau penyalahgunaan obat dapat menyebabkan agresi yang berlebihan. Konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan yang tidak perlu dapat menghilangkan kemampuan kamu untuk berpikir jernih dan rasional. Ini merusak kau dari kemampuan untuk mengendalikan impuls, yang mengarah ke kebiasaan sering marah-marah.

10. Gangguan Fisik

Ada pula gejala fisik yang membuat kamu sering marah, seperti tekanan darah tinggi, jantung berdebar-debar, dan rasa kesemutan di tubuh.

Jika ada salah satu alasan sering marah yang kamu rasakan, segera temui pakar untuk memperoleh konsultasi yang tepat sesuai kebutuhan kamu.

NADIA RAICHAN FITRIANUR | TIMES OF INDIA | BISNIS

 Baca juga: Kenali 5 Tanda Mudah Marah dan Cara Mengatasinya

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."