Advertisement
Advertisement
Advertisement

Millennials dan Gen Z Rentan Burnout, Kok Bisa? Ini Penjelasan Lengkapnya

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi perempuan stres dengan pekerjaan. Foto: Freepik.com/Benzoix
Ilustrasi perempuan stres dengan pekerjaan. Foto: Freepik.com/Benzoix
Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Di tengah gempuran kerja, ambisi, dan dunia digital yang serba cepat, generasi muda justru makin kelelahan. Bukan cuma lelah fisik, tapi juga mental.
Kalau kamu sering merasa capek terus padahal baru Senin, mungkin kamu juga lagi menghadapi satu hal yang jadi pembicaraan di generasi masa kini: burnout.

Tapi, kenapa sih Millennials dan Gen Z disebut sebagai generasi paling rentan burnout? Yuk, kita kupas tuntas bareng-bareng.

Apa Itu Burnout Sebenarnya?

Burnout bukan sekadar “cape kerja.” Ini kondisi ketika seseorang merasa kelelahan emosional, mental, dan fisik akibat stres berkepanjangan. Biasanya muncul karena tuntutan kerja tinggi, ekspektasi yang nggak realistis, dan minim waktu istirahat.

Kalau kamu mulai merasakan berbagai hal seperti kehilangan motivasi, gampang marah atau sensitif, susah fokus, atau merasa hidup cuma tentang kerja, itu bisa jadi tanda kamu sedang burnout.

Kabar buruknya, riset menunjukkan 77% generasi milenial dan 72% generasi Z pernah mengalami gejala burnout dalam setahun terakhir.

Kenapa Millennials dan Gen Z Lebih Mudah Burnout?

Jawabannya nggak sesederhana “mereka manja”. Ada banyak faktor yang bikin generasi ini lebih rentan kelelahan dibanding generasi sebelumnya.

1. Budaya “Hustle” yang Terlalu Glorifikasi

Kata “produktif” jadi mantra yang terus digaungkan. Harus punya side job, harus sukses di usia muda, harus aktif di mana-mana.
Padahal, tubuh dan pikiran punya batas. Akhirnya, banyak yang merasa hidupnya cuma tentang kerja — tanpa ruang untuk napas.

2. Work-Life Balance yang Kabur

Kerja dari HP, laptop, bahkan sambil makan siang.
Teknologi bikin kita “selalu online”, tapi juga bikin batas antara hidup pribadi dan pekerjaan hilang.
Notifikasi kerja bisa muncul kapan aja, bahkan tengah malam!

3. Krisis Ekonomi dan Tekanan Finansial

Harga rumah naik, biaya hidup melambung, gaji stagnan.
Generasi muda hidup di tengah ketidakpastian finansial yang bikin stres berkepanjangan.
Nggak heran kalau banyak yang merasa “lelah sebelum kaya.”

4. Ekspektasi vs Realita Kerja

Millennials dan Gen Z tumbuh dengan nilai kerja bermakna, tapi dunia kerja nyata sering kali nggak seindah itu.Tugas menumpuk, atasan nggak supportive, dan kurang apresiasi bikin semangat cepat redup.

5. Kesadaran Mental Health Naik, Tapi Dukungan Masih Minim

Generasi muda lebih terbuka bicara soal mental health, tapi sayangnya, nggak semua kantor punya sistem yang benar-benar peduli.
Hasilnya? Banyak yang akhirnya memilih diam dan menanggung beban sendiri.

Tanda-Tanda Kamu Mulai Burnout

Coba cek diri kamu, apakah beberapa hal ini terasa familiar:

  • Bangun tidur aja udah capek duluan

  • Sulit fokus atau merasa “otak kosong”

  • Menurunnya motivasi dan produktivitas

  • Sering sakit kepala atau susah tidur

  • Merasa enggak ada maknanya dalam bekerja

  • Gampang tersinggung, cemas, atau pengin sendiri terus

Kalau iya, kamu butuh jeda. Bukan berarti kamu lemah, kamu cuma manusia yang butuh istirahat dari dunia yang terlalu cepat.

Cara Menghadapi Burnout (Bukan Cuma “Liburan Sementara”)

1. Set Batasan Kerja

Nggak apa-apa bilang “tidak”.
Mulailah dengan hal sederhana, seperti nggak buka email setelah jam kerja atau punya waktu offline tanpa gadget.

2. Rawat Diri Tanpa Rasa Bersalah

Tidur cukup, makan enak, olahraga ringan, atau sekadar rebahan tanpa rasa bersalah.
Itu juga bentuk healing yang valid, kok!

3. Temukan Kembali Makna Kerja

Coba refleksi: apa yang kamu suka dari pekerjaanmu? Kalau sulit, mungkin saatnya cari proyek atau lingkungan yang lebih sesuai dengan nilai-nilaimu.

4. Jangan Ragu Cari Bantuan

Cerita ke teman, mentor, atau profesional. Kadang, kita cuma butuh didengar untuk tahu arah mana yang harus dituju.

5. Untuk Kantor & Pemimpin

Mulailah menciptakan budaya kerja yang sehat, bukan cuma target tinggi, tapi juga empati dan fleksibilitas. Ingat, karyawan yang bahagia justru lebih produktif.

Millennials dan Gen Z bukan generasi malas atau manja, mereka generasi yang sadar diri, tahu batas, dan peduli dengan kesehatan mentalnya. Burnout bukan aib, tapi sinyal untuk berhenti sejenak dan menata ulang arah hidup.

Karena pada akhirnya, enggak ada kesuksesan yang sepadan dengan kehilangan diri sendiri.

Pilihan Editor: Kenapa Nostalgia Bagus untuk Kesehatan Mental? Ini Penjelasan Ilmiahnya

FORTUNE.COM | BUSINESS JOURNAL | JSRET

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement