Ternyata Ini Alasan Ilmiah Orang Suka Makanan Renyah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ngemil keripik. Freepik.com

Ilustrasi ngemil keripik. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apa alasan sejumlah orang lebih menyukai makanan renyah daripada makanan yang tidak berbunyi? Selain faktor preferensi pribadi, ternyata ada sejumlah faktor ilmiah yang mendasari kecenderungan tersebut. Yuk, kita simak bersama.

Menurut seorang ahli gastrofisika, yang mempelajari pengalaman makanan dibentuk oleh indera dan lingkungan, dan seorang psikiater, persepsi kita tentang makanan tidak hanya tergantung pada rasanya.

Meski interaksi antara reseptor penciuman dan gustatorik kita (penciuman dan rasa) mencapai sekitar 80 hingga 90 persen dari persepsi rasa, tekstur dan suara punya peran yang tidak bisa diremehkan. 

Menurut Charles Spence, ahli gastrofisika, profesor psikologi eksperimental, dan kepala Laboratorium Penelitian Crossmodal di Universitas Oxford, penelitiannya yang ekstensif tentang persepsi rasa multisensori menunjukkan bahwa ada korelasi langsung antara kerenyahan dan bagaimana makanan dirasakan.

Di studi tersebut, Dr. Spence meneliti para peserta menggigit hingga 180 keripik kentang di antara gigi depan mereka. Ia menilai mereka dalam hal kerenyahan selama satu jam. 

Hasilnya, peserta menilai keripik kentang terasa lebih renyah dan segar secara signifikan ketika tingkat suara keseluruhan ditingkatkan atau saat suara frekuensi tinggi ditingkatkan. Dan sebaliknya, keripik kentang dinilai basi atau lebih lembut saat suara dan frekuensi diturunkan.

"Dengan demikian, tampaknya persepsi orang tentang sifat tekstur produk makanan kering dan lembap dapat diubah hanya dengan memodifikasi suara yang kita dengar," tulis Spence dalam tinjauan studi tahun 2015 tentang subjek tersebut.

Spence mengatakan bahwa suara adalah taktik yang telah digunakan bisnis makanan selama beberapa dekade. Dia telah bermitra dengan perusahaan seperti Unilever untuk menyediakan cara baru inovasi produk yang menguji bagaimana konsumen merespons makanan tergantung pada kerenyahannya.

“Ini seperti prototipe. Kami secara virtual mengubah suara makanan yang dimakan orang untuk melihat apa yang mereka sukai, untuk menentukan suara yang mereka inginkan dari renyah, garing, atau serak untuk merekayasa produk itu, ”jelasnya.

Yang Membuat Makanan Renyah Terasa Lebih Enak

Jadi, apa sebenarnya yang membuat makanan renyah lebih menggugah selera daripada makanan yang tenang dan tidak bersuara? Spence berpendapat bahwa bagi otak kita, kerenyahan mungkin mengindikasikan kesegaran, membuatnya lebih menarik bagi indera.

“Untuk produk segar, seperti buah dan sayur, produk segar cenderung lebih berisik dan memiliki nilai gizi lebih tinggi. Padahal, seiring bertambahnya usia, mereka kehilangan sebagian nilai gizinya. Dalam istilah evolusi, ini mungkin mengapa kita menyukai makanan yang lebih berisik, karena ini menandakan kesegaran, ”kata Dr. Spence.

Sementara itu, dia mencatat bahwa makanan berlemak yang diproses atau digoreng (dan renyah) mungkin menarik sebagai perwakilan kepadatan energi.

Dia juga mencatat bahwa kerenyahan membantu mengalihkan perhatian pada aktivitas makan.

“Sebagian besar saat kita makan, kita tidak terlalu memperhatikan apa yang kita konsumsi. Kita menggunakan perangkat seluler, mengobrol, atau menonton televisi. Jarang perhatian kita pada apa yang kita cicipi, ”jelasnya.

Sementara itu, saat mengonsumsi makanan renyah, menurut Dr. Spence, dapat membuat kamu lebih memperhatikan apa yang dikonsumsi dan menciptakan pengalaman yang berpotensi lebih menyenangkan.

“Makanan renyah dapat dinikmati lebih lama karena suara dapat membantu memperpanjang pengalaman [sensorik], ”kata Dr. Spence, menambahkan bahwa penelitian saat ini sedang mempelajari efek ini.

Efek Psikologis Makanan Renyah Terhadap Stres

Menurut Hugh Humphery, psikiater kedokteran fungsional dan penasihat Everlywell, banyak faktor yang berperan penting dalam pemilihan makanan, seperti perilaku, sosial, dan budaya. Tetapi dia setuju bahwa kualitas sensorik makanan cenderung menjadi pusat perhatian, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Dr. Spence. Selain itu, katanya, makanan renyah juga berkaitan dengan stres sekaligus bantu atasinya.

Menurut Dr. Humphery, stres dapat mengakibatkan perubahan pola asupan makanan. “Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika seseorang stres, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi berubah berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis pemicu stres, dan tingkat pengendalian individu,” katanya. Namun, menurutnya, ada beberapa kategori makanan yang menjadi pilihan utama para individu yang stres, salah satunya adalah makanan renyah.

“Makanan renyah menyebabkan peningkatan respons saraf di area otak yang mengalami kesenangan dan penghargaan, meningkatkan sensasi kesejahteraan, dan secara sekunder mengurangi stres,” kata Dr. Humphery. 

WELL+GOOD

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."