Alami Heartburn, Berikut Posisi Tidur yang Disarankan dan Wajib Dihindari Menurut Dokter

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita memegangi atau sakit tenggorokan. shutterstock.com

Ilustrasi wanita memegangi atau sakit tenggorokan. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Heartburn adalah sensasi perih dan panas seperti terbakar di dada. Kondisi ini sering dianggap relatif tidak berbahaya. Namun, ketika heartburn sering muncul, ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Biasanya terasa sangat intens di malam hari.

Sebagian besar alasan mengapa heartburn bisa lebih buruk di malam karena saat Anda makan, makanan mengalir ke kerongkongan Anda, yang merupakan tabung yang menghubungkan mulut dan perut Anda, kata ahli gastroenterologi Ashkan Farhadi. Bagian bawah kerongkongan memiliki katup yang disebut sfingter esofagus, yang terbuka untuk membiarkan makanan masuk dan kemudian menutup untuk menyimpan semua yang ada di perut Anda.

Saat heartburn, sfingter esofagus tidak menutup dengan benar dan beberapa kandungan asam dari perut Anda masuk ke kerongkongan, menyebabkan refluks dan gejala heartburn.

Bergantung pada seberapa parah heartburn Anda, ini dapat menyebabkan gejala yang berkisar dari tidak nyaman hingga benar-benar menyakitkan, kata ahli gastroenterologi Lea Ann Chen, MD, ahli gastroenterologi di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School.

"Untuk beberapa orang yang memiliki refluks yang sensitif, itu bisa membangunkan mereka dari tidur," katanya. Bahkan, menurut survei terhadap 1.000 orang yang mengaku mengalami heartburn, lebih dari 60 persen mengatakan hal itu berdampak negatif pada tidur mereka.

Gejala semi-teratur heartburn, seperti rasa terbakar di dada, sakit tenggorokan, dan nyeri saat Anda mencoba tidur. Faktanya, para dokter dan penelitian setuju bahwa posisi tidur berperan penting untuk meredakan atau semakin memperparah.

"Orang-orang yang biasanya tidur dalam posisi horizontal, dan gravitasi tidak bekerja untuk menahan semua yang ada di perut seperti saat Anda bangun dan tegak," kata Dr. kata Farhadi.

Sebenarnya ada dua posisi yang wajib dihindari saat heartburn. Salah satunya berbaring telentang, kata Dr. kata Chen. Menurutnya, posisi tersebut lebih mungkin mengalami refluks, memosisikan olahan makanan di lambung naik ke kerongkongan.

Ilustrasi wanita tidur. Freepik.com

Dr. Chen juga mengutip penelitian yang menemukan bahwa berbaring miring ke kanan juga merupakan pemicu refluks. "Posisi tidur menghadap sisi kanan adalah yang terburuk dalam hal waktu paparan asam di kerongkongan," katanya.

Lantas, apa posisi tidur terbaik saat heartburn? Salah satu posisi tidur terbaik adalah menghadap ke sisi kiri Anda. "Hipotesisnya adalah bahwa itu terkait dengan bentuk perut dan posisi Anda. Jika Anda tidur miring ke kiri, lebih sulit untuk isi di perut Anda mengalir ke kerongkongan," ucap Dr. Chen.

Strategi lain yang dapat membantu adalah tidur dengan posisi kepala ditinggikan, kata Dr. kata Farhadi. Mengingat heartburn semakin parah ketika Anda berbaring telentang, maka ia merekomendasikan untuk menopang diri Anda di atas beberapa bantal untuk membantu menjaga tubuh Anda tetap tegak.

Pilihan lain, tambah dr. Chen, adalah untuk meninggikan bagian atas tempat tidur Anda. "Biasanya tingginya sekitar enam hingga delapan inci (15-20 cm) dan meninggikan kepala tempat tidur Anda," katanya.

Sementara itu, W. Chris Winter, MD, dari Charlottesville Neurology and Sleep Medicine, memberikan kiat lainnya dengan mencoba mengenakan kaus berkantung belakang dan memasukkan bola tenis ke dalam saku untuk membuat tubuh bagian atas lebih tinggi, atau tidur dengan tas punggung yang berisi bola basket atau benda besar lainnya.

Jika beberapa posisi tidur di atas belum bisa mengatasi heartburn Anda, disarankan segera berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter Anda tentang pilihan pengobatan.

Baca juga: Survei Sebut Posisi Tidur Fetal jadi Pilihan Banyak Orang di Masa Pandemi

WELL AND GOOD

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."