Perjuangan Dira Sugandi Rekaman Lagu di Amerika, Rela Jual Sawah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Dira Sugandi saat ditemui di peluncuran buku Jamu Lifestyle karya Metta Murdaya di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan, Jumat, 20 Mei 2022. Foto: Cantika.com/Silvy Riana Putri

Dira Sugandi saat ditemui di peluncuran buku Jamu Lifestyle karya Metta Murdaya di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan, Jumat, 20 Mei 2022. Foto: Cantika.com/Silvy Riana Putri

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menjadi penyanyi merupakan cita-cita Dira Sugandi sejak kecil. Di usia empat tahun, perempuan Sunda itu mengaku sudah ingin bernyanyi di atas panggung. Berbekal kebulatan tekad tersebut, Dira mengikuti beragam kompetisi bernyanyi. Kemudian ia kuliah di jurusan musik di Universitas Pelita Harapan untuk semakin memperkaya pengetahuan tentang musik.

Tamat kuliah, ia langsung terjun ke dunia musik Indonesia pada tahun 2000. Selain sederet single, sejumlah kolaborasi dengan musikus dalam maupun luar negeri sudah diukirnya.

Khusus kolaborasi dengan musikus internasional, perempuan 42 tahun itu pernah bernyanyi dengan Keith Martin, Jason Mraz hingga Andrea Bocelli. Ternyata, dari kolaborasi pula, "pintu" rekaman lagu di Amerika Serikat terbuka untuk Dira. Amerika menjadi pilihannya karena negeri Paman Sam merupakan barometer musik dunia. 

Peluang rekaman itu tercipta saat Dira bernyanyi dengan Harvey Mason Sr. di Java Jazz Festival 2019.

"Alhamdulillah, jalan mulai terbuka. Di tahun 2019, saya mendapat kesempatan perform dengan Harvey Mason Sr. di Java Jazz Festival. Saya mengetahui anaknya, Harvey Mason Jr., produser yang memproduseri Whitney Houston, Usher, Justin Bieber, Jennifer Hudson, dan saya mengkhayal aja dulu. Kayaknya kalo diproduseri dia, seneng banget," ungkapnya saat ditemui Cantika di Jakarta Selatan pada 20 Mei 2022.

Usai bernyanyi, Dira memberanikan diri meminta ke Harvey Mason Sr. untuk dikenalkan ke putranya. Dengan senang hati, Harvey Mason Sr. mengenalkan Dira lewat surat elektronik atau email.

Dira Sugandi. Foto: Instagram/@dirasugandi

"Saya bilang 'boleh tidak saya minta dikenalkan sama anak kamu'. 'Oh, boleh-boleh banget' jawabnya. Kami diperkenalkan lewat email. Lalu, dia minta link video beberapa performance saya. Saya kirim, gak ada kabar selama setahun," ucap ibu satu putri itu.

Kesabarannya berbuah manis setahun kemudian. Di tahun 2019, Harvey Mason Sr. meminta Dira untuk bernyanyi dengannya di konser tribute mendiang Aretha Franklin. Di momen itulah, Harvey menanyakan kelanjutan obrolan Dira dan putranya.

"Setelah perform dia seneng banget, lalu dia tanya, 'gimana sama anak saya, sudah ada kelanjutan, belum?' Blum' kata saya. 'Gapapa, i will talk to him," kenangnya.

Walhasil, tak lama kemudian, Dira mendapat email lanjutan dari Harvey Mason Jr. "Dia bilang kita bisa gak set up phone call, saya mau telepon kamu. Saya inget waktu itu saya lagi di backstage mau perform Java Jazz. Inti obrolannya datang ke Los Angeles untuk rekaman," jelas pelantun Back In Time itu.

"Alhamdulillah, jalannya ada saja. Pentingnya menjaga hubungan baik dengan siapa pun," lanjutnya.

Tak sampai di situ lika-liku perjuangan Dira untuk rekaman lagu di Amerika. Untuk urusan biaya rekaman dan akomodasi di Amerika selama dua minggu, Dira merogoh kocek cukup dalam. Ia rela menjual sawah di kampungnya. Baginya, itu salah satu ikhtiar yang ditempuh untuk mewujudkan mimpinya.

"Saya jual sawah karena walaupun mungkin ada orang-orang yang bilang 'buat apa sih buang-buang uang, belum tentu hasilnya gimana. Tapi buat saya, mimpi itu yang membuat saya semangat terus setiap hari. Saya percaya setiap orang punya caranya sendiri," paparnya.

"Lumayan sih, dengan uang yang saya punya cuma bisa ngerekam tiga lagu. Dalam seminggu itu, kita nulis tujuh lagu, yang aku mampu (bayar proses rekamannya) cuma 3 lagu," tambahnya.

Saat ditanya total biaya yang dikeluarkannya, ia hanya menyebut sekitar ratusan juta.

Selama proses menulis lagu dan rekaman, Dira mengaku Harvey Mason Jr. dan timnya terbuka dan mendukung beragam idenya.

"Dia bertanya sejauh mana kamu ingin terlibat. Saya bilang 'saya ingin terlibat terutama ceritanya, lagunya bicara tentang apa," ucapnya.

"Dari awal dia tanya apa yang mau dibicarakan dan tidak. Dia selalu mengajak diskusi, 'kamu suka gak beat kayak gini, kamu suka gak cord-nya kayak gini.' Kita baru lanjut, saat saya bilang oke. Kami benar-benar kerja bareng," tukasnya.

Akhirnya, Dira merilis satu per satu lagu yang diproduseri penulis lagu, produser, dan CEO The Recording Academy (organisasi industri musik Amerika Serikat yang menggelar Grammy Awards) itu dimulai dari lagu Back In Time pada akhir Oktober 2021. Tujuh bulan kemudian, tepatnya pada 27 Mei 2022, ia merilis lagu Make It Up As We Go

"Make It Up As We Go bercerita tentang journey dalam menggapai mimpi. Tak selalu mudah, tapi kadang-kadang kita improvisasi dalam mencapai mimpi," jelasnya mengisahkan inspirasi lagu tersebut.

Berkaca dari pengalamannya, Dira Sugandi berpesan pentingnya menjaga hubungan baik dengan relasi. Sebab peluang ataupun bantuan bisa datang dari sekeliling kita. Kolaborasi juga menjadi kunci untuk membawa industri musik Indonesia semakin bergaung di panggung internasional. 

"Pasti pemerintah punya keterbatasan dan banyak banget yang harus dibantu. Seperti Korea Selatan, Indonesia bisa dengan konsep dan cara kerja movement, gak sendiri-sendiri," ungkapnya.

Saat ditanya kesempatannya untuk masuk dalam daftar nominasi di Grammy Awards, Dira mengaku Harvey Mason Jr. merekomendasikannya untuk bergabung menjadi anggota sebagai syarat karyanya dinominasikan di ajang penghargaan musik bergengsi itu.

"Dia mulai ngobrol sama saya, 'Dira kamu mengerti kalau kamu pengen lagu kamu dinominasikan di Grammy, kamu harus menjadi member (anggota) dulu. Dan, untuk kamu menjadi member, kamu harus mendapat rekomendasi', kata dia gitu. Dan saya bisa beri itu (rekomendasi)," tandas Dira Sugandi.

Baca juga: Sosok Kartini di Bidang Musik Bagi Dira Sugandi, Ada Ibu Soed hingga Eva Celia

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."