Olahraga di Bulan Ramadan, Sebaiknya Lakukan dengan Intensitas Sedang dan Rutin

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi wanita lari di atas treadmill. Freepik.com

Ilustrasi wanita lari di atas treadmill. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dr. Andi Nusawarta, Sp.OT (K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi Indonesia berpendapat, salah satu hal yang perlu dan penting untuk diperhatikan dalam olahraga di Bulan Ramadan yakni rutinitas berolahraga bukan beratnya.

"Yang perlu dan penting diperhatikan dalam berolahraga adalah rutinitas bukan beratnya, karena olahraga itu harus diatur dan harus dikontrol, jika tidak bisa maka dapat terjadi resiko cedera dan bahkan kematian," kata dia melalui siaran pers webinar Seri II bertema “Puasa: Sehat, Beraktivitas dan Panjang Umur”, Minggu 10 Maret 2022.

Lebih lanjut, menurut Dokter Sport Clinic di Departemen Kesehatan BPP Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) itu olahraga dengan intensitas berat dapat menurunkan imun dan membuat tubuh tidak fit dan bugar. "Dan bahkan dapat meningkatkan risiko cedera maupun gangguan kesehatan lainnya. Paling bagus ringan dan sedang," kata dia menyarankan.

Untuk mengetahui intensitas olahraga, Anda bisa melakukan tes bicara. Bila Anda sudah terengah berarti Anda sudah melakukan olahraga berat karena sudah berada di puncak latihan.

Anda juga bisa mengukur Heart Rate Maximum (HRM). HRM menunjukkan kurang dari 60 persen HRM termasuk ringan), HRM 60-80 persen tergolong dan di atas 80 persen sudah dikatakan berat. "Biasanya paling gampang bisa digunakan jam tangan khusus untuk mengetahuinya," kata Andi.

Hal lain yang juga perlu perhatikan dalam olahraga di bulan Ramadan adalah soal fleksibilitas atau kelenturan yang biasanya dilakukan saat pemanasan. Kelenturan tubuh dapat mencegah cedera dan berperan menjadi pelindung dalam peradangan sendi dan penyakit lainnya. "Contohnya, lakukan stretching secara rutin untuk melatih fleksibilitas, maka dari itu baiknya kita jangan duduk seharian tapi lakukan peregangan setiap dua jam sekali," kata Andi

Andi pun terus menyemangati masyarakat untuk melakukan olahraga di Bulan Ramadan sebagian dari Anda cenderung malas bergerak yang berakibat turunnya imunitas tubuh sehingga tubuh terasa tidak fit dan bugar.

Terkait waktu olahraga di Bulan Ramadan, kata Andi, sebaiknya melakukannya sebelum buka puasa atau sesudah buka puasa. Bila Anda memilih berolahraga sesudah berbuka puasa, maka perhatikan agar durasinya 2-3 jam sebelum tidur.

Sementara apabila Anda ingin melakukannya pada pagi hari maka kurangi waktunya dan intensitasnya. Anda disarankan hanya berolahraga dengan intensitas ringan demi menghindari dehidrasi dan lemas. "Adapun hal yang perlu kita perhatikan dalam olahraga yaitu durasinya, itu bisa 30 sampai 60 menit atau 150 menit per minggu. Yang perlu diperhatikan lain adalah frekuensinya yaitu 3 sampai 5 kali seminggu," kata Andi.

Berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis olahraga yang selama ini dikenal, salah satunya olahraga aerobik atau latihan kardio. Menurut Andi, olahraga ini tepat untuk membakar lemak dan dapat dilakukan di rumah, seperti treadmill, sepeda statis, skipping atau lompat tali, naik turun tangga dan jalan cepat sekitar rumah.

Jenis lainnya yakni olahraga anaerob yang dapat bermanfaat untuk melatih kekuatan otot. Contoh olahraga jenis ini yakni push up, squat dan lunges. "Mengapa perlu melatih otot? Karena otot akan menyusut 1-2 persen dengan sendirinya pada usia di atas 35 atau 40 tahun. Otot itu berbanding lurus dengan tulang. Apabila kita tidak melatih otot maka otot mengecil dan tulang jadi lemah sehingga mudah patah," kata Andi.

Baca: 4 Olahraga Ringan yang Bisa Dilakukan Setelah Buka Puasa

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."