Tips untuk Orang Tua Ajarkan Pendidikan Seks bagi Anak Sesuai Umur

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi anak dan orang tua melakukan kegiatan seru. Freepik.com/Jcomp

Ilustrasi anak dan orang tua melakukan kegiatan seru. Freepik.com/Jcomp

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia belakangan ini membuat banyak orang tua khawatir terhadap keamanan anaknya. Berdasarkan data dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (PPPA), Bintang Puspayoga, terdapat 14.517 kasus kekerasan terhadap anak dan 45,1 persen diantaranya merupakan kasus kekerasan seksual.

Mirisnya, banyak kasus yang terjadi pada lingkungan pendidikan, yang seharusnya menjadi tempat mulia untuk menuntut ilmu dan salah satu tempat teraman bagi anak didik. Hal ini membuat GREDU, sebuah perusahaan teknologi pendidikan, merasa perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai isu kekerasan seksual sehingga dapat bersama-sama mencegah bahkan menghilangkan kasus kekerasan seksual yang ada di Indonesia.

Psikolog anak, remaja dan keluarga Jovita Maria Ferliana menjelaskan beberapa cara untuk memudahkan orang tua memahami kadar informasi pendidikan seks yang bisa diberikan kepada anak sesuai usia dalam webinar berjudul “Tubuhku, Hakku, Tanggung Jawabku”.

Menurut Jovita, pendidikan seks bisa dibuat sesantai mungkin, tidak perlu menyediakan waktu khusus untuk anak. Orang tua dapat menyelipkan pendidikan seks dalam kegiatan sehari-hari atau saat mengobrol santai. "Dengan ini, akan tercipta suasana yang nyaman bagi sang anak untuk bisa bercerita secara terbuka kepada orang tuanya," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Cantika pada 9 Februari 2022.

Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan seks pada anak, orang tua perlu mengetahui cara yang memberikan pendidikan seks disesuaikan dengan rentang usia dan perkembangan anak.

Berikut adalah pendidikan seks yang sesuai dengan rentang umur sang anak.

1. Bayi (0-2 tahun)
Pendidikan seks di usia ini dimulai dengan memberikan perasaan aman dan kasih sayang kepada anak. Setelah anak bisa berbicara, anak diajarkan untuk membedakan jenis kelamin dan mengenal anggota tubuhnya dengan nama yang sesuai dengan sains.

2.Balita (3 - 5 tahun)
Pada usia ini, orang tua mulai mengajarkan bagaimana anak menerima dan memberikan kasih sayang kepada keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Setelah itu, orang tua bisa mengenalkan identitas gender, mengajari cara menjaga diri dengan mengenalkan private parts dan membedakan good touch atau bad touch serta mendorong anak untuk melapor kepada orang dewasa jika ada yang mencoba menyentuh bagian yang intim mereka.

3. Pra-remaja (9 - 14 tahun)
Masa pra-remaja merupakan masa perubahan paling besar dalam diri seorang individu karena merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Di fase ini, orang tua perlu mengajarkan anak pada segala perubahan yang terjadi saat pubertas. Ada 4 perubahan yang terjadi yaitu perubahan fisik, kognitif, emosi dan sosial. Perubahan fisik merupakan perubahan yang paling terlihat jelas pada seseorang. Pada laki-laki, beberapa perubahan yang terjadi adalah perubahan suara, munculnya jakun, dan mengalami mimpi basah. Pada perempuan, terjadi perubahan pada bentuk tubuh, terutama pada dada dan pinggul serta mengalami menstruasi.

4. Remaja (15 - 18 tahun)
Di usia ini, orang tua dapat mengajarkan anak untuk mulai bertanggung jawab seksual, menghormati tubuh sendiri dan menghormati orang lain. Penjelasan bisa dimulai dari adanya ketertarikan dengan lawan jenis, masa pacaran dan batasan-batasannya serta tentang hubungan seksual. Belajar untuk membangun personal boundaries (batasan diri) juga perlu diberikan sehingga anak bisa terhindar dari pengaruh sosial yang buruk.

Baca: Untuk Orang Tua, Begini Panduan Isolasi Mandiri Anak Positif Covid-19

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."