Ibu Hamil Jangan Anggap Remeh, Perhatikan Asupan Gizi Selama Masa Prenatal

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi ibu hamil melakukan prenatal yoga. Freepik.com/Senivpetro

Ilustrasi ibu hamil melakukan prenatal yoga. Freepik.com/Senivpetro

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Selama kehamilan, ibu harus benar-benar memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi karena ibu hamil yang mengonsumsi makanan sehat dan seimbang akan membantu janin mendapatkan nutrisi yang tepat. Nutrisi ini merupakan modal awal pertumbuhan agar bayi dapat lahir dengan sehat dan tumbuh optimal setelah lahir. Pemenuhan gizi selama kehamilan dapat mencegah terjadinya stunting pada anak. Stunting ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Stunting dapat mencegah anak mencapai potensi fisik dan kognitifnya.

Selain itu, anak dengan stunting berisiko rentan terhadap penyakit menular dan kronis di masa dewasa. Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, penurunan angka stunting pada balita masih menjadi program prioritas nasional meski sudah terjadi penurunan. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun, dari 27,7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Namun, masih belum memenuhi target dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020—2024 sebesar 14 persen. Bahkan, target selanjutnya adalah menurunkan angka stunting sampai kategori rendah atau di bawah 2,5 persen.

Pemenuhan nutrisi selama kehamilan juga menentukan berat badan janin. Berat badan merupakan salah satu indikator perkembangan janin yang harus diperhatikan ibu selama kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah mungkin perlu dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU). Good Doctor memberikan tips beberapa jenis makanan yang bisa ibu konsumsi untuk menambah berat badan janin secara sehat. "Yaitu susu, yogurt, keju, kacang-kacangan, kecambah, kedelai, ayam, ikan, telur, dan sayuran berdaun hijau," kata CoE Medical Manager Good Doctor Technology Indonesia, dr. Wawan Harimawan dalam keterangan pers yang diterima Cantika pada 25 Januari 2022.

Angka kematian ibu dan bayi juga masih menjadi program prioritas nasional karena terbilang masih tinggi. Situs resmi Kementerian Kesehatan menyatakan, berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76 persen kematian ibu terjadi di fase persalinan dan setelah persalinan dengan proporsi 24 persen terjadi saat hamil, 36 persen saat persalinan dan 40 persen setelah persalinan. Tingginya angka kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, memiliki penyakit penyerta seperti tuberkulosis. Selama hamil, ibu juga mengalami berbagai penyakit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, dan penyakit jantung.

Sementara menurut healthline.com, kekurangan nutrisi sebelum dan selama kehamilan juga bisa menyebabkan kelahiran prematur. Mendapatkan perawatan prenatal yang cepat dan tepat, secara signifikan mengurangi kemungkinan kelahiran prematur.

Sebelumnya, Good Doctor Technology Indonesia (GDTI) membangun kerangka komunikasi antara tenaga kesehatan seperti bidan dengan dokter melalui Program Sahabat Bidan. Program yang diselenggarakan oleh Good Doctor bekerja sama dengan Danone Indonesia ini bertujuan untuk membantu memberikan akses dan memperkenalkan layanan kesehatan digital bagi bidan dalam menangani kasus yang dihadapi. Wawan Harimawan, mengatakan melalui Program Sahabat Bidan, para bidan yang berpartisipasi dapat melakukan konsultasi dengan dokter umum berdedikasi di aplikasi Good Doctor dan GrabHealth. "Para bidan bisa memperoleh expert opinion untuk kasus yang ditangani atau berkonsultasi untuk masalah kesehatan yang dialami,” kata Wawan.

Program ini terdiri dari dua fase. Program fase pertama berlangsung dari Mei hingga Juli 2021, yang diikuti oleh 232 bidan. Kasus yang dikonsultasikan beragam, mulai dari konsultasi terkait gizi anak, kesehatan anak secara umum, hingga infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare. Bidan yang mengikuti fase pertama ini berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Pada fase kedua, yang berlangsung dari November 2021 hingga Januari 2022, jangkauan lokasi bidan peserta lebih luas, yakni Jakarta, Makassar, Balikpapan, Medan, dan Palembang. "Jumlah bidan yang mengikuti fase kedua ini lebih dari 450 bidan dalam 1 bulan program berjalan. Peluncuran fase kedua dilaksanakan pada 23 Oktober dan dihadiri lebih dari 1.000 bidan yang tersebar di berbagai kota,” ujar Wawan.

Baca: Gempa Guncang Jakarta dan Sekitarnya, Simak Mitigasi untuk Ibu Hamil

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."