Psikolog Ungkap Dampak Perselingkuhan pada Korban dan Anak, Trauma dan Depresi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi selingkuh. Sumber: THE STAR/ASIA NEWS NETWORK/asiaone.com

Ilustrasi selingkuh. Sumber: THE STAR/ASIA NEWS NETWORK/asiaone.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perselingkuhan menyebabkan sederet dampak buruk bagi korban dan buah hati, jika sudah dikaruniai keturunan. Hal itu diungkap oleh Psikolog dari Universitas Indonesia A. Kasandra Putranto 

"Perselingkuhan dapat menyebabkan trauma. Mereka yang mengalami perselingkuhan ternyata memenuhi kriteria untuk gangguan stres pascatrauma (PTSD)," kata Kasandra, Jumat, 7 Januari 2022.

Dia melanjutkan, berbagai masalah juga akan muncul sebagai respons emosional akibat perselingkuhan, antara lain banyak pikiran, gangguan makan dan tidur, suasana hati yang tidak menentu, masalah kesehatan, hingga depresi.

Hal tersebut, kata Kasandra, menyebabkan beberapa terapis dan psikolog mulai menggunakan istilah Gangguan Stres Pasca Perselingkuhan untuk menggambarkan kondisi mental mereka.

"Dampak yang dirasakan (oleh korban perselingkuhan) juga di antaranya menyalahkan diri sendiri dan merasa jika harga dirinya rendah," imbuh dia.

Selain itu, Kasandra mengatakan perselingkuhan juga akan membawa dampak negatif terhadap anak. Menurutnya, anak yang orang tuanya selingkuh bisa sangat tertekan, stres, atau depresi.

"Perasan tertekan seperti ini bisa membuat si anak menjadi lebih pendiam, jarang bergaul, dan prestasi sekolahnya akan merosot," ujar Kasandra.

Sebaliknya, lanjut dia, anak juga bisa menjadi pemberontak. Jiwa labil seorang anak yang sedang depresi bisa menggiringnya ke dalam pergaulan yang salah dan membenci orang tua mereka.

Oleh karena itu, Kasandra juga mengingatkan pentingnya menjaga komitmen dalam hubungan agar tidak terjadi perselingkuhan.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perselingkuhan dalam hubungan, menurut Kasandra, di antaranya mewujudkan komunikasi secara transparan dan harmonis atas saling pengertian satu sama lain.

Kemudian, meningkatkan kekuatan dan ketahanan diri yang dilandasi konsep diri dan rasa percaya diri yang mantap.

"Kondisi ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan secara tepat dan bertanggung jawab serta terhindar dari kemungkinan pengaruh negatif pihak lain," imbuh dia.

Tak hanya itu, mengembangkan kontak sosial secara baik dan sehat baik di dalam maupun di luar keluarga juga penting dilakukan.

Sementara itu, jika menjadi korban, Kasandra juga membagikan tips yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan pasca perselingkuhan, di antaranya mengatur tahapan penyembuhan, memperoleh kisah-kisah positif, menyadari dampak perselingkuhan, dan memilih jalan yang positif. "(Pemulihan) juga dapat dilakukan dengan menyusun rencana yang sehat dan produktif, hingga menjalankan proses terapi berkelanjutan," pungkasnya.

Baca juga: Pelajaran dari Layangan Putus, Perselingkuhan Bisa Terjadi pada Siapa pun

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."