Hindari 11 Kalimat Ini saat Menghibur Teman yang Keguguran

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi Menjenguk Orang Sakit. shutterstock.com

Ilustrasi Menjenguk Orang Sakit. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketika seorang teman atau saudara mengalami keguguran, wajar jika Anda ingin melakukan apa pun untuk menghibur mereka. Tapi perlu diketahui, ada beberapa kalimat yang harus dihindari saat menyemangati mereka. Adakalanya kalimat penguat itu terucap begitu saja, tapi ternyata menambah pedihnya kehilangan buah hati.

Untuk mencegah hal itu terjadi, psikolog klinis dokter Bethany Cook menyarankan untuk mengungkapkan kalimat-kalimat yang objektif. "Kenyamanan itu netral," katanya dikutip dari laman Purewow, Kamis, 9 Desember 2021. Dampingi mereka dengan memberi ruang mereka mengungkapkan rasa kehilangan dan bercerita saat menghiburnya.

11 Kalimat yang harus dihindari saat menjenguk teman atau saudara yang keguguran

1. “Kamu masih punya anak-anakmu yang lain"

Aturan nomor satu, jangan mengabaikan, meminimalkan, atau meniadakan rasa kehilangan itu. Menurut Cook, bagaimana pun sudah ada ikatan batin yang terbentuk antara ibu dan bayi. Dengan kata lain, hanya karena seseorang sudah memiliki anak, bukan berarti bahwa keguguran tidak terlalu memilukan baginya.

2. “Apakah Anda akan segera mencoba lagi?”

Pertanyaan di atas sangat pribadi dan bukan urusan Anda. Plus, Cook menunjukkan bahwa pertanyaan itu menyiratkan bahwa hamil itu mudah, yang bagi banyak orang tidak.

“Ada banyak cara untuk dikaruniai bayi, apakah itu melalui IVF atau cara alami,” catatnya. Dan bahkan jika Anda tahu betapa mudahnya (atau tidak) baginya untuk hamil, sekarang jelas bukan waktunya untuk menanyakan apakah dia siap untuk mencoba lagi.

3. “Sebelum keguguran, apa yang Anda makan atau apakah yang menyebabkan itu terjadi?”

Jangan pernah memosisikan bahwa orang yang berduka harus bertanggung jawab atas kehilangan mereka. “Cukup jelas kalimat tersebut menunjukkan bahwa si ibu entah bagaimana menyebabkan bayinya keguguran. Itu benar-benar kasar dan tidak sopan," tegas Cook.

4. “Apakah kamu berpikir akan berhenti mencoba hamil sekarang?”

Sekali lagi, pertanyaan itu juga termasuk dalam daftar 'bukan urusan Anda.' Cook juga mengatakan bahwa, secara umum, adalah bijaksana untuk menghibur dan bersantai. Di saat-saat seperti ini, pertanyaan seperti itu sangat sulit untuk dijawab oleh mereka. “Orang ini menderita… beri mereka pelukan, bukan 'pukulan' di perut,” tegasnya.

Ilustrasi keguguran. Shutterstock

5. “Itu pasti kehendak Tuhan”

Meskipun tujuannya mungkin untuk memberikan kenyamanan, pernyataan itu sama sekali meleset dari tujuan menenangkan. Sebab menyiratkan bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan untuk terjadi dan oleh karena itu dapat membuat ibu merasa lebih tidak berdaya daripada yang sudah terjadi.

Cook juga memberi tahu kita bahwa kalimat bernada religius itu bisa bermasalah karena seolah menyinggung gagasan bahwa untuk beberapa alasan Tuhan merasa perlu untuk menghukum ibu yang berduka ini. Selain itu, jika si ibu masih bersedih atau berproses menerima kehilangannya seolah menandakan dia tidak percaya dengan kehendak Tuhan. Jadi, berhati-hatilah.

6. “Kamu akan selalu memiliki malaikat pelindung”

Sama seperti kalimat sebelumnya, menghibur dengan menyatakan si bayi yang meninggal akan menjadi "malaikat pelindung" juga bisa terasa menyebalkan. Perlu dicatat bahwa terlepas dari keyakinan pribadi, orang tua mengharapkan bayinya sebagai manusia, bukan malaikat. Jadi, mereka tidak menemukan banyak penghiburan di kalimat tersebut.

7. "Saya benar-benar mengerti apa yang Anda rasakan"

Kita semua berempati, tetapi pada akhirnya—dan terlepas dari apakah Anda sendiri pernah mengalami keguguran atau tidak—Anda tidak tahu apa yang dirasakan orang lain atau latar belakang kehamilan mereka, jadi Anda benar-benar harus menghindari kalimat tersebut.

8. "Setidaknya kamu tidak pernah bertemu bayi itu sehingga akan lebih mudah untuk melupakannya"

Percaya atau tidak, Cook memberi tahu kita bahwa kalimat di atas kerap dianggap penguat. Faktanya, sekali lagi, ikatan batin ibu dan si bayi sudah terbangun dan kita tidak bisa menyederhanakan perasaan itu. Dan, setiap orang punya cara dan proses yang berbeda-beda dalam menerima kondisi kehilangan itu. Jadi, Cook menyarankan untuk menuliskan daftar hal-hal yang mungkin ingin Anda katakan, lalu periksa lagi untuk melihat bagaimana kedengarannya kalimat tersebut. Ingatlah selalu kalimat bernada objektif adalah tujuannya.

9. “Kita tidak bisa memilih kartu yang ditawarkan kehidupan kepada kita, hanya bagaimana kita memainkannya”

"Yang ini dianggap meremehkan dan membatalkan pengalaman hidup orang tersebut," kata Cook. Juga, ada sedikit kenyamanan dalam gagasan bahwa kita semua hanyalah korban keadaan tanpa kendali atas hidup kita.

10. “Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan”

Ini adalah hal terakhir yang ingin didengar seseorang dalam situasi kehilangan. Kalimat tersebut menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kendali atas hidup mereka. Plus, Cook menambahkan, "penggunaan kata 'semuanya' melemahkan fakta bahwa kita berbicara tentang potensi awal kehidupan manusia."

"Karena ini bukan saat temanmu tidak mendapatkan pekerjaan baru yang dia inginkan... ini adalah temanmu yang berduka karena kehilangan anaknya," sambungnya.

11. “Mungkin kamu bisa ikut program kakak/adik asuh daripada punya anak?”

Jangan mulai menyarankan cara-cara bagi seseorang untuk berada di sekitar anak-anak sebagai alternatif untuk memiliki mereka. Sebab hal itu menunjukkan bahwa orang tersebut seharusnya tidak menjadi orang tua atau tidak akan pernah bisa. "Itu bak tamparan di wajah," kata Cook. Anda ingin menghibur teman atau saudara yang berduka, bukan menghina.

Jadi, mari sama-sama kita berupaya menghindari 11 kalimat di atas saat menghibur teman atau saudara yang keguguran.

Baca juga: Alami Keguguran, Jessie J Malah Ingin Bernyanyi Demi Melepas Kesedihan

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."