Advertisement
Advertisement
Advertisement

5 Tanda Pertemanan Menguras Emosi, Tidak Menghormati Batasan Salah Satunya

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi perempuan berbincang dengan temannya di luar ruangan. Foto: Pixabay/NickyPe

Ilustrasi perempuan berbincang dengan temannya di luar ruangan. Foto: Pixabay/NickyPe

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Pertemanan bisa berubah seiring bertambahnya usia dan setiap tahap kehidupan. Orang yang sama bereaksi dan menghadapi waktu secara berbeda. Seseorang yang dulunya adalah partner in crime terbaikmu mungkin memiliki prioritas yang berbeda dalam hidupny saat ini.

Namun ketika ikatan yang kau cintai itu berubah menjadi 'beban', maka itu tidak boleh diabaikan. berubah. Ketika seorang teman terus-menerus menuntut dukungan emosional yang berlebihan sementara hanya memberi sedikit balasan, membuat yang lain merasa lelah secara mental dan emosional—saat itulah seseorang harus mulai menarik garis demi kewarasan mentalnya.

Lantas, bagaimana cara mengidentifikasi kapan teman yang dulunya 'orang favorit' berubah menjadi 'tanda bahaya' bagimu? Berikut 5 tanda pertemanan yang menguras emosi dan berdampak buruk seara kesehatan mental.

1. Tak Ada Lagi Kegembiraan dan Kenyamanan

Salah satu tanda paling jelas dari pertemanan yang menguras emosi adalah hilangnya kegembiraan dan rasa ragu untuk berbagi kesuksesan dengan teman karena takut dicap 'pamer'. Ketika hubungan tidak lagi membawa kebahagiaan atau kenyamanan, yang terjadi justru perasaan terus-menerus menyembunyikan kebahagiaan, kekesalan, atau bahkan terjebak.

Emosi positif perlahan menghilang, digantikan oleh emosi negatif seperti kemarahan, ketidaksabaran, atau ketakutan. Kamu mungkin merindukan sosok teman yang dulu atau menyesali energi dan perhatian yang telah dikeluarkan untuk dia. Contohnya, kamu malah stres ketika melihat panggilan atau pesan dari dia

2.Manipulatif

Beberapa teman sering menggunakan taktik emosional untuk mencapai keinginan mereka, membuat orang lain merasa bersalah atau bertanggung jawab atas kebahagiaan mereka. Entah itu melalui komentar pasif-agresif, pemerasan emosional, atau bahkan tekanan untuk membuat keputusan yang merugikan diri sendiri. Siklus manipulatif membuat seseorang cemas dan ragu, selalu memikirkan pilihan dan batasan.

Demi pertemanan, seseorang mungkin menyetujui sesuatu hanya untuk menghindari konflik, meskipun itu berarti mengabaikan kebutuhannya sendiri. Namun, jauh di lubuk hati, rasa bersalah dapat menciptakan rasa kewajiban dan beban emosional yang sulit dihindari atau ditangani. Seiring waktu, pertemanan menjadi kurang tentang hubungan yang tulus, melainkan lebih tentang menyesuaikan dan mengelola suasana hati orang lain.

Perilaku manipulatif ini dapat berdampak jangka panjang pada harga diri dan pengambilan keputusan seseorang, mengurangi kemampuan mereka untuk berbicara tentang diri sendiri dan keraguan diri tanpa henti. Teman sejati menghormati pilihan dan batasan, dan tidak menggunakan rasa bersalah sebagai senjata.

3. Tidak Menghormati Batasan Pribadi

Tidak menghormati batasan pribadi merupakan tanda lain dari pertemanan yang menguras emosi. Saat teman kamu mungkin mengganggu privasi kamu, menekan kamu ke dalam situasi yang tidak nyaman, atau terus-menerus mengabaikan permintaan untuk ruang, itu sinyal yang tak boleh disepelekan.

Sering kali, rasanya mustahil untuk berkata tidak karena takut konfrontasi atau kehilangan persahabatan. Namun, dalam proses melakukan hal-hal yang ditolak hati, seseorang mulai membenci diri sendiri karena tidak mendengarkan otaknya sendiri. Pelanggaran berulang seperti itu menyebabkan frustrasi. Batasan melindungi kesehatan emosional; ketika tidak dihormati, kita merasa tidak berdaya dan kewalahan.

Seiring waktu, pelanggaran batasan dapat menyebabkan kelelahan karena kamu terus-menerus berjuang untuk memenuhi kebutuhan. Teman yang sehat menghargai batasan kamu dan mengutamakan kenyamanan serta kesejahteraan kamu di atas ego atau keuntungan mereka sendiri.

4. Ngumpul Bareng Terasa Berat dan Melelahkan

Pertemanan adalah ikatan di mana seseorang dapat duduk tanpa takut dihakimi atas kejujurannya. Ketika perasaan ini mulai memudar, itu merupakan indikasi bahwa sudah saatnya pertemanan kamu perlu dipikirkan kembali.

Perasaan-perasaan ini tidak muncul dalam hubungan yang sehat, di mana kamu menantikan untuk menghabiskan waktu bersama. Pada akhirnya, tubuh dan pikiran kamu mendambakan istirahat dan jarak sebagai cara untuk melindungi diri. Kecemasan atau kelelahan kronis yang disebabkan oleh seorang teman adalah hal yang umum, meskipun mungkin terdengar sangat aneh, tetapi itu merupakan sinyal bahwa hubungan tersebut tidak mendukung pertumbuhan kamu.

Seiring waktu, hal itu bahkan dapat memengaruhi tidur, suasana hati, dan kesehatan mental secara keseluruhan. Pertemanan seharusnya membawa kebahagiaan, bukan kelelahan.

5. Kamu Selalu menjadi Orang yang Menyesuaikan Diri

Ketika kamu selalu mengorbankan waktu, energi, dan bahkan kesejahteraan pribadi untuk mengakomodasi kebutuhan teman, itu sinyal pertemanan menguras emosi. Pengorbanan ini jarang disadari atau dibalas, sehingga menimbulkan reaksi negatif yang semakin besar terhadap ikatan tersebut. Seiring waktu, pengorbanan ini menjadi hal yang biasa, bukan pengecualian. 

Kamu mungkin mengorbankan kesempatan, hubungan, atau perawatan diri hanya untuk menjaga kedamaian atau memenuhi tuntutan teman. Perilaku seperti itu menunjukkan pertemanan yang menguras tenaga, alih-alih memberdayakan. Setiap orang berhak atas hubungan yang dibangun atas dasar saling menghormati dan timbal balik, bukan kompromi tanpa akhir. Orang hanya dapat mencintai orang lain ketika mereka sendiri dicintai.

Itulah tanda-tanda pertemanan menguras emosi yang perlu kamu waspadai. Jika kamu mengalaminya, kamu berhak mendahulukan kebutuhan diri kamu sendiri.

Pilihan Editor: Wajar, Ini Alasan Mengapa Persahabatan Orang Dewasa Rentan Berubah

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement