Perempuan Semakin Antusias Naik Gunung, Jangan Lupa Perhatikan 4 Hal Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Dini Hanifah, anggota EIGER Adventure Service Team saat memberikan arahan kepada peserta Women Adventure Camp 2021/Eiger

Dini Hanifah, anggota EIGER Adventure Service Team saat memberikan arahan kepada peserta Women Adventure Camp 2021/Eiger

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Mendaki gunung masih sering dikaitkan dengan kegiatan laki-laki yang berbahaya. Kenyataannya, akhir-akhir ini terlihat semakin banyak perempuan yang menggeluti kegiatan ini. Bahkan, informasi yang didapat oleh EIGER Adventure Service Team (EAST) menunjukkan bahwa hampir 55 persen pendaki saat ini adalah perempuan.

Melihat antusias para pendaki perempuan saat ini, EIGER Adventure sebagai brand penyedia perlengkapan kegiatan luar ruang di iklim tropis yang menjunjung keamanan dan keselamatan para penggunanya kembali mengadakan Women Adventure Camp (WAC). “Women Adventure Camp (WAC) merupakan kegiatan tahunan EIGER, dimana kami memberikan pelatihan dasar pendakian kepada para pendaki perempuan pemula terpilih. WAC tahun ini diselenggarakan di Gunung Burangrang dan diikuti oleh 30 peserta yang datang dari berbagai kota,” ujar Dini Hanifah, anggota EIGER Adventure Service Team dalam keterangan pers yang diterima Cantika pada akhir November 2021.

Abex (@anak_bebek), brand ambassador EIGER Adventure yang sedang memberikan paparan kepada peserta Women Adventure Camp 2021/Eiger

Pada dasarnya, ada 4 kemampuan yang harus dimiliki petualang, yaitu kemampuan teknis, kebugaran, kemanusiaan, dan pemahaman lingkungan. Keempat hal ini lah yang disampaikan kepada para peserta WAC selama 3 hari 2 malam.

Berikut ini rangkuman dari para pemateri WAC 2021 mengenai hal-hal yang harus diperhatikan para pendaki perempuan:

1. Kenali bahaya objektif dan subjektif dalam perjalanan
Iwan “Kwecheng” Irawan, salah satu World Seven Summiter asal Indonesia mengatakan, sebagai seorang petualang, tekad merupakan hal paling penting. "Semangat saja tidak cukup!," katanya. Namun, ia menekankan bahwa tekad harus diimbangi dengan pengetahuan tentang kegiatan luar ruang, khususnya mengenai jenis-jenis bahaya.

Kang Kwecheng menjelaskan, ada dua jenis bahaya dalam kegiatan luar ruang yaitu bahaya objektif dan subjektif. Bahaya objektif merupakan bahaya yang diakibatkan oleh faktor alam seperti ketinggian, cuaca, oksigen, medan, dan curah hujan, sedangkan bahaya subjektif merupakan bahaya yang diakibatkan oleh faktor manusia atau keterbatasan sumber daya manusia.

Ketika bahaya subjektif lebih besar dari bahaya objektif, artinya semua orang bisa ikut berkegiatan selama semua kondisi alam sudah diprediksi dan diperhitungkan. Sedangkan ketika bahaya objektif sama dengan bahaya subjektif, artinya kegiatan tersebut mengandung bahaya dan para penggiatnya harus memiliki kemampuan lebih. "Jika bahaya objektif lebih besar dari bahaya subjektif, artinya kegiatan tersebut mengundang bahaya dari kondisi alam yang tidak bisa diprediksi, seperti saat melakukan ekspedisi,” ujar Iwan “Kwecheng” Irawan, anggota EIGER Adventure Service Team (EAST).

2. Tetap menajaga higientias dalam berkegiatan luar ruang
Salah satu materi yang menarik perhatian peserta WAC 2021 adalah bagaimana pendaki perempuan tetap dapat menjaga higienitas selama berkegiatan. Materi yang disampaikan oleh dokter Ratih Citra Sari, yang merupakan lulusan Wilderness Medicine di Stanford University ini menitik beratkan pada menjaga kebersihan organ intim perempuan.

Ratih menjelaskan masih banyak pendaki perempuan yang abai dengan higienitas saat berkegiatan dengan berbagai alasan. "Padahal jika tidak diperhatikan sejak dini, hal ini dapat berdampak besar di kemudian hari seperti vaginitis atau infeksi vagina hingga sulitnya memiliki keturunan,” katanya.

Hal utama dalam menjaga higienitas adalah selalu mengganti pakaian dalam sebelum tidur dan membasuh organ intim dengan air setidaknya 1x sehari, bukan menggunakan tissue basah. Ratih menjelaskan, dengan melakukan dua hal sederhana ini, para perempuan sudah mengurangi kemungkinan infeksi di area luar dan dalam organ kewanitaan. Hal lain yang harus diperhatikan para pendaki perempuan adalah sampah pembalut. Ratih menekankan untuk selalu membawa turun sampah pembalut selama berkegiatan.

3. Menyiapkan perbekalan yang ramah lingkungan
Siska Nirmala yang dikenal melalui akun instagram @zerowasteadventure dan juga salah satu brand ambassador EIGER Adventure menyampaikan materi perbekalan yang ramah lingkungan saat mendaki gunung. Dalam penjelasannya, Siska menjelaskan filosofi zero waste yang berarti mengurangi penggunaan barang sekali pakai dan menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa dipakai berulang kali.

Ketika mendaki gunung, Siska sebisa mungkin menghindari makanan kemasan dan menggantinya dengan buah-buahan, sayur, atau bahan masakan lain yang dibungkus dengan kotak atau tas jaring untuk menjaga ketahanan buah dan sayur. Tidak hanya mengganti makanan kemasan, Siska kemudian memilah sampah yang dihasilkan untuk dijadikan kompos ataupun diberikan ke bank sampah untuk sampah-sampah yang tidak dapat terurai. “Meskipun masih banyak orang yang melihat ini kegiatan yang rumit, namun jika sudah terbiasa, justru perjalanan jadi lebih simple dan sederhana. Kuncinya adalah perencanaan perjalanan,” ujar Siska Nirmala “Zero Waste Adventure”, brand ambassador EIGER Adventure.

4. Pahami outfit yang aman dan nyaman bagi pendaki perempuan
Materi ini disampaikan oleh Abex, salah satu brand ambassador EIGER yang dikenal melalui akun instagram @anak_bebek. Dalam materinya, Abex menjelaskan pentingnya sistem layering dalam berpakaian ketika mendaki gunung.

“Pada dasarnya, ada 3 layer yang harus diketahui para pendaki, yaitu base layer, mid layer dan outer layer. Ketiga layer ini memiliki manfaatnya masing-masing dan penting untuk menjaga suhu dan kondisi tubuh saat mendaki gunung,” ujar Abex, brand ambassador EIGER Adventure.

Kegiatan WAC 2021 ditutup dengan sharing session bersama Uki Wardoyo, seorang pendaki perempuan yang juga merupakan brand ambassador EIGER Adventure. Dalam sesi ini, para peserta menceritakan stereotip yang mereka rasakan sebagai pendaki perempuan, seperti dianggap ribet, jalannya lambat, atau hanya membebani tim saat perjalanan. Uki yang mencoba menyemangati para pendaki perempuan ini menjelaskan bahwa pada dasarnya ada hal-hal yang perempuan harus terima terutama mengenai kondisi tubuh. Tapi, bukan berarti perempuan harus diam dengan stereotip yang ada.

“Dengan terus berlatih, belajar dan kenali diri sendiri kita bisa mematahkan stereotip yang ada, tanpa memaksakan. Hal tersederhana yang bisa dilakukan untuk mematahkan stereotip itu adalah dengan ambil peran masing-masing di dalam tim,” kata Uki Wardoyo, brand ambassador EIGER Adventure.

Sejalan dengan campaign #BisaUntukTidakBiasa, EIGER mengajak para pendaki perempuan untuk menunjukkan kemampuannya dan mulai mencoba hal baru yang tidak biasa dilakukan sebelumnya, namun dengan persiapan yang matang sehingga memberi dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan.

Baca: Pesan Cinta Ashanty untuk Kedua Putranya, Perlakukan Perempuan dengan Baik

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."