CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagai seorang aktivis perempuan, perjalanan pemikiran Mariana Amiruddin tidak lahir begitu saja. Ia ditempa oleh pengalaman, dialog, dan terutama bacaan yang membuka cakrawala tentang tubuh perempuan, kekuasaan, hingga spiritualitas. Buku-buku inilah yang bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menyodorkan perspektif segar tentang bagaimana perempuan bertahan, berdaya, dan memaknai hidup.
Salah satu bacaan penting baginya adalah memoar seorang dokter perempuan yang menyingkap realitas paling personal: tubuh perempuan dan stigma yang melekat padanya yakni karya Nawal El Saadawi berjudul Perempuan di Titik Nol. Dari Nawal, Mariana belajar melihat keterhubungan erat antara tubuh perempuan dengan kuasa yang mengaturnya.
"Dari buku ini saya mulai memahami bagaimana tubuh perempuan sering kali dibebani label sosial, termasuk isu-isu seperti pelecehan seksual. Bacaan itu menjadi pintu awal untuk mengenali eksistensi perempuan dalam masyarakat," kata Mariana kepada Cantika pada Sabtu, 13 September 2025.
Namun, tak berhenti di sana. Mariana juga menemukan kedalaman lain lewat karya Fatima Mernissi, sosiolog asal Maroko yang menulis Teras Terlarang. Buku ini mengulas kehidupan perempuan dalam “permaduan”, hidup bersama dalam satu rumah, dipersatukan oleh seorang suami. Tema yang kerap dianggap tabu ini justru ditulis dengan jernih, menyingkap bagaimana perempuan yang hidup dalam kondisi demikian tetap bisa bertahan, bahkan menemukan cara untuk tetap berdaya.
“Buku Mernissi membuat kita tidak melihat isu perempuan secara hitam-putih,” ujar Mariana. “Ia mengajarkan bahwa setiap perempuan punya konteks, punya latar budaya dan sosial yang berbeda. Tugas kita adalah memahami, bukan menghakimi," paparnya.
Artikel Terkait:
Di sisi lain, seiring bertambahnya usia, bacaan Mariana meluas ke arah buku-buku self-development dan spiritual. Ia menemukan resonansi dalam karya David R. Hawkins tentang healing dan recovery yakni bacaan yang memadukan pendekatan saintifik dengan spiritualitas. Dari sini, Mariana melihat bahwa perjuangan perempuan bukan hanya soal sosial dan politik, tetapi juga menyangkut kesehatan batin, penyembuhan, dan perjalanan internal.
Yang menarik, Mariana tidak pernah membatasi inspirasinya hanya pada buku-buku feminis atau perjuangan politik. Ia juga menaruh perhatian pada karya sastra, terutama yang mengulas kehidupan sosial. Menurutnya, sastra membuka ruang empati, mempertemukan manusia dengan pengalaman kolektif yang tak lekang oleh waktu.
Pillihan Editor: 5 Buku Self Improvement Populer yang Menginspirasi Hidupmu
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.