Perawatan Kulit dengan DNA Salmon, Lebih Baik Suntik atau Topikal?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita melihat wajahya di cermin. Freepik.com/Lifeforstock

Ilustrasi wanita melihat wajahya di cermin. Freepik.com/Lifeforstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Belakangan ini, perawatan kulit dan kecantikan dengan kandungan DNA ikan salmon kian marak. Selain bantu meremajakan kulit secara alami, DNA salmon juga mencerahkan kulit sekaligus memberikan perlindungan kulit. Dengan sederet manfaat tersebut, beragam pilihan perawatan dengan kandungan DNA salmon lewat disuntik atau injeksi, oles atau topikal, dan suplemen.

Menurut Rahajeng Dianovi Tofani, Chief Aesthetic Officer of DeBiuryn DermaCosmetics, cara injeksi berada di urutan teratas terkait kemanjuran atau efikasi untuk perawatan kulit dengan DNA salmon. Sebab, suntikan tersebut langsung menuju ke titik-titik target yang telah ditentukan.

"Injeksi paling efektif karena langsung ke sasaran. Kalau untuk diminum, kita gak bisa  terlalu lihat (efektivitas untuk kulitnya saja) karena ke seluruh tubuh. Kalau (suplemen) diminum jangkanya lebih lama dari oles," ujarnya di acara peluncuran Salmon DNA Supr Serum di Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 25 November 2021.

Ovi sapaan akrabnya juga mengingatkan bahwa perawatan DNA salmon dengan disuntik juga berada di urutan teratas soal harga, yang tentu saja belum menjangkau semua kalangan. Biaya injeksi salmon itu tergantung pada seberapa banyak titik injeksi dan kondisi kulit wajah seseorang.

"Injeksi tergantung kondisi wajah si pasien, ada yang 5 atau 10 titik dan harus diulang lagi secara berkala," paparnya.

Selain soal biaya, tak semua orang juga nyama memilih perawatan kulit dan kecantikannya dengan cara injeksi. Seperti kita ketahui bersama ada beberapa orang yang takut dengan jarum suntik. Terlebih perawatan tersebut akan diulangi secara berkala.

Rendra Pranadipa, Chief Scientific Officer of DeBiuryn DermaCosmetics, dan Rahajeng Dianovi Tofani, Chief Aesthetic Officer of DeBiuryn DermaCosmetics. Foto: Dok. DeBiuryn

Sementara itu, perawatan DNA salmon dengan cara topikal atau oles bisa sebagai alternatif dengan cara yang sama seperti produk perawatan kulit pada umumnya dan harga lebih terjangkau dibandingkan suntik DNA salmon.

"Kalau dengan topikal ini bisa dipakai secara rutin. Penetrasinya mungkin tidak setepat injeksi karena penetrasi injeksi langsung, kalau (topikal) ini bertahap (gradually), tapi nanti efikasinya akan sama," ujarnya.

Serum DNA salmon ini bisa dipakai jika Anda usai injeksi salmon DNA, filler atau botox untuk membantu mempertahankan hasil yang diinginkan lebih lama.

"Jika Anda abis injeksi salmon DNA, filler atau botox, boleh saja memakai serum dengan kandungan DNA karena akan membantu memperpanjang waktunya. Misalnya injeksinya diulang enam bulan, kalau dibarengi dengan serum DNA salmon nanti injeksinya bisa 8 atau 9 bulan kemudian baru diulang karena dia membantu mempertahankan," imbuhnya.

Untuk serum DNA salmon bertekstur cair bisa dipakai dua kali dalam sehari, pagi atau malam. Berapa jumlah tetes yang disarankan? Ovi menyebut 5 -10 tetes tergantung pada kondisi kulit wajah setiap orang. 

"5-10 tetes tergantung kondisi kulit. Kalau sudah aging bisa sampai 10 tetes. Tapi kalau kulitnya masih bagus, ada keringnya bisa pake lebih sedikit," urainya.

"Kalau sudah ada perubahan yang lebih baik di kulit biasanya kita anjurin yang dkurangin adalah kalinya. Misalnya, awalnya sehari dua kali. Jika kulitnya sudah membaik, boleh dipakenya malam aja. Jumlah tetesnya tidak berubah," lanjut Ovi.

Selain memerhatikan soal pilihan perawatan DNA salmon mana yang paling sesuai dengan kondisi setiap orang, Ovi menekankan pula pentingnya mengenali jenis kulit masing-masing dan tak melewati rangkaian pembersihan dan perlindungan kulit seperti pembersih wajah, tabir surya, pelembap, dan toner, serta pola hidup sehat.

Baca juga: Intip Sederet Khasiat Serum DNA Salmon, Mencerahkan Kulit secara Alami

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."