Cerita Sandra Dewi yang Sempat Salah Lakukan Pola Asuh Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Sandra Dewi (tangkapan layar kanal YouTube TS Media)

Sandra Dewi (tangkapan layar kanal YouTube TS Media)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Sandra Dewi mengaku terus belajar memberikan pola asuh terbaik untuk kedua anaknya. Memiliki dua anak, ia akui, tidak membuatnya berhenti belajar. "Dulu saya sering sekali teror dokter anak Mesty Ariotedjo untuk tanya berbagai hal, tapi sekarang saya lebih sering merujuk pada Tentang Anak," kata Sandra Dewi pada webinar bertajuk “Tentang Anak, 1st Anniversary” pada 26 November 2021.

Tentang Anak adalah salah satu platform khusus yang fokus soal parenting. Sandra Dewi bercerita setelah membaca platform khusus tentang anak itu, akhirnya ia pun bisa memperbaiki pola asuhnya kepada buah hati. Salah satu kesalahan pola asuh yang sempat keliru dilakukan Sandra Dewi lakukan adalah soal dot. Setelah terus belajar, Sandra Dewi tahu ternyata sejak usia 1,5 tahun, anak sebaiknya diajari minum menggunakan gelas. Harapannya, tumbuh kembang si anak tidak terhambat.

Anak sulung Sandra Dewi, Raphael Moeis alias Rafa, ternyata masih menggunakan dot hingga usia 2 tahun. Sandra Dewi pun terus waspada agar anak keduanya, Mikhael Moeis alias Mikha tidak menggunakan dot setelah usia 1,5 tahun. “Ternyata anak sebaiknya sudah enggak ngedot dari 1,5 tahun. Tapi Rafa kalau Rapha sampai 2 tahun. Harusnya sudah harus pakai gelas atau sedotan kalau minum susu. Mikha saya nggak mau telat, saya ajarkan pakai gelas,” kata Sandra Dewi.

Hal lain yang baru diketahui oleh istri Harvey Moeis adalah dalam hal pemberian hadiah untuk anak. Ia bercerita bahwa kedua anak Sandra Dewi biasanya akan mengunjungi kakek-nenek mereka di akhir pekan. Namun ketika berkunjung ke rumah orang tua Sandra Dewi atau suaminya, kedua putranya diberikan berbagai makanan yang jarang diberikan ketika berada di rumah Sandra Dewi. Makanan itu berupa es krim, permen atau jajanan lain. Sang nenek menilai bahwa pemberian makanan atau mainan itu adalah bentuk reward untuk sang cucu. Padahal, menurut Sandra Dewi, pemberian reward tidak boleh dilakukan terlalu sering, karena takutnya si anak hanya akan fokus pada reward yang dijanjikan.

“Anak saya weekend sama kakek neneknya biar bonding juga sama mereka. Sabtu sama orang tua saya, Minggu sama mertua. Kalau di rumah kakek neneknya suka dikasih es krim, gorengan, cokelat. Anak-anak malah nungguin kapan ketemu sama kakek neneknya. Karena mereka bisa makan es krim, cokelat,” katanya.

Konferensi pers virtual bertajuk “Tentang Anak, 1st Anniversary” pada 26 November 2021/Tentang Anak

Kisah lain terjadi saat anak terjatuh. Dahulu ketika sang anak jatuh, Sandra Dewi selalu meminta anak untuk melupakan rasa sakit akibat jatuh itu dan lebih meminta sang anak untuk tidak menangis. Padahal setalah ia belajar, Sandra Dewi menyadari ternyata sebaiknya orang tua tidak melarang anak menangis. Karena anak sebaiknya tidak mengabaikan perasaannya. “Harusnya, ‘oh sakit ya? Mananya yang sakit ?’ Kita harus menghargai perasaan anak. Dulu saya, ‘sudah jangan nangis nggak sakit kok’, pengin ngebesarin hatinya.Ternyata itu nggak boleh, kita harus bisa menghargai perasaan anak juga. Pas saya praktekkan anak saya merasa dihargai,” kata Sandra Dewi.

Sandra Dewi menyadari bahwa ia baru tahu soal imunisasi atau vaksin ternyata dapat menstimulasi kecerdasan pada anak. Awalnya dia tidak percaya tentang hal tersebut. Karena merasa tidak ada keterkaitan secara langsung antara vaksin dengan masalah kecerdasan. “Saya tidak pernah lupa pemberian vaksin ke anak, itu ada pengaruhnya ke pintaran anak. Saya percaya karena yang ngomong itu profesor di Tentang Anak,” ungkapnya.

Co-founder sekaligus CEO Tentang Anak dokter spesialis anak Mesty Ariotedjo mengatakan, dirinya bersama sang suami membuat platform ini dengan tujuan membantu menyediakan informasi secara holistik dan komprehensif dalam hal pengasuhan anak oleh para orang tua. “Meskipun memiliki pengalaman sebagai dokter anak, saya dan pasangan juga merasakan sulitnya pengalaman pertama sebagai orang tua dalam mengasuh anak. Hal tersebut menginspirasi kami untuk membentuk sebuah ekosistem yang dapat membantu jutaan orang tua di Indonesia menjalani peran mereka dengan lebih baik,” katanya.

Baca: 5 Tahun Menikah dengan Harvey Moeis, Sandra Dewi: Terima Kasih untuk Semuanya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."