Kenali Tubuh Anda, Diet Intermittent Belum Tentu Cocok Untuk Semua Orang

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi diet intermitten fasting. Freepik.com/user14908974

Ilustrasi diet intermitten fasting. Freepik.com/user14908974

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tren diet selalu memiliki perkembangannya sendiri dan terus berubah-ubah. Diet intermittent menjadi salah satu jenis diet yang populer. Metode puasa yang menjadi bagian dari berbagai budaya ini, dikenal dapat menurunkan berat badan serta membentuk tubuh agar lebih ideal.

Pada dasarnya, Diet intermittent hanyalah versi yang telah dimodifikasi dari gaya puasa tradisional. Periode makan sebagian besar diatur menjadi 6 hingga 8 jam diikuti oleh puasa selama 16 sampai 14 jam berikutnya. Orang yang sedang mengikuti metode satu ini hanya boleh mengonsumsi kalori dalam sehari dengan jeda waktu yang telah ditentukan.

Ada beberapa jenis diet intermiten seperti 16/8, 14/10. puasa seharian penuh dengan jeda hari tertentu, dan masih banyak lagi. Hal ini dapat ditentukan sesuai dengan tujuan akhir masing-masing apakah ingin kurus, menurunkan kadar kolesterol atau ingin sekedar menyehatkan tubuh saja.

Luke Coutinho, seorang ahli gizi memaparkan bahwa diet intermiten tak akan berdampak baik bagi semua pengikutnya. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan orang yang menjalani gaya puasa ini akan menghindari sarapan dan juga makan malam. Padahal, melewatkan waktu sarapan bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan semua orang.

Sarapan dianggap sebagai waktu makan terpenting dalam satu hari. Sarapan yang sehat di pagi hari dapat membantu meningkatkan metabolisme, memberi energi, dan membantu membakar kalori sepanjang hari. Sementara, jika waktu sarapan dilewatkan, maka sebagian orang malah akan merasakan proses penurunan berat badan yang lebih rumit.

Luke menyarankan untuk terus mendengar apa yang diinginkan oleh tubuh. Tak jarang orang yang merasa lapar di pagi hari, dan berusaha untuk melupakannya malah membuat mereka jadi frustasi. Dalam kasus seperti Luke mengatakan untuk ada baiknya menyantap sarapan, daripada akan merusak mood dalam satu hari.

Diet intermittent pada dasarnya memiliki sifat yang baik dan memang dapat menurunkan berat badan. Tapi itu tidak dapat bekerja dengan cara yang sama untuk semua orang. Kenali tubuh sendiri, dan ketahui kemauannya agar mendapatkan hasil yang optimal.

Baca: Selain Bumil, 3 Kondisi Ini Juga Dilarang Intermittent Fasting

LAURENSIA FAYOLA l TIMES OF INDIA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."