Bersama Pengacara HAM, Angelina Jolie Tulis Buku Hak-hak untuk Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Posisi keenam daftar wanita paling dikagumi di Indonesia ditempati oleh aktris sekaligus aktivis kemanusiaan Angelina Jolie. Ibu anak 6 itu meraih skor 3,88 persen. REUTERS

Posisi keenam daftar wanita paling dikagumi di Indonesia ditempati oleh aktris sekaligus aktivis kemanusiaan Angelina Jolie. Ibu anak 6 itu meraih skor 3,88 persen. REUTERS

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Angelina Jolie menaruh perhatian besar terkait perempuan dan anak-anak dalam berbagai kegiatan sosialnya. Yang terbaru, dia memperjuangkan hak anak-anak melalui buku yang ditulisnya bersama Amnesty International.

Know Your Rights and Claim Them ditulis oleh Angelina Jolie bersama pengacara Hak Asasi Manusia (HAM), Geraldine Van Bueren, salah salah satu perancang Konvensi PBB untuk Hak-Hak Anak, bertujuan membekali anak-anak pengetahuan untuk menantang ketidakadilan dengan cara yang aman.

"Banyak anak di dunia berada dalam bahaya dan kita belum cukup melakukan banyak hal," kata Jolie kepada Reuters, Kamis, 2 September 2021. "Ini adalah hak-hak mereka, diputuskan bertahun-tahun lalu berdasarkan apa yang akan membuat mereka jadi orang dewasa yang sehat, seimbang, aman dan stabil."

Jolie, utusan khusus UNHCR, Badan PBB untuk Pengungsi, berharap buku ini juga mengingatkan pemerintah atas perjanjian global tentang hak-hak sipil, sosial, politik dan ekonomi anak-anak.

Dalam buku ini, Jolie menyebut anak-anak akan mengetahui apa yang jadi hak-hak mereka, bagaimana cara mengakses hak-hak itu, apa saja kendala yang dihadapi hingga bagaimana cara memperjuangkan hak-hak anak. "Jadi ini buku untuk melakukan perlawanan," ungkapnya.

Ibu enam anak itu mengatakan dia memasang konvensi PBB di rumahnya untuk anak-anaknya, tetapi terkejut mengetahui negaranya sendiri, Amerika Serikat, belum meratifikasinya.

Angelina Jolie mengenakan gaun dari koleksi Ralph & Russp saat menghadiri pemutaran perdana Maleficent: Mistress of Evil, di London, Inggris. Instagram/@ralphandrusso

"Hal itu membuat saya marah dan membuat saya mulai bertanya-tanya apa maksudnya? Jadi untuk setiap negara, ide apa ini, Anda memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan ... tapi mengapa begitu banyak anak yang putus sekolah? Mengapa? apakah gadis-gadis di Afghanistan dirugikan jika mereka sekolah?" ujarnya.

Buku ini membahas identitas, keadilan, pendidikan dan perlindungan dari bahaya dan isu-isu lainnya. Buku ini juga memberi panduan untuk menjadi seorang aktivis, berada dalam situasi aman serta daftar istilah dan organisasi.

"Lewat buku ini, kau harus mencari jalan sendiri ke depannya, karena kami sangat peduli terhadap keamanan anak-anak. Kami tidak mau anak-anak hanya berlari dan meneriakkan hak-hak mereka dan membuat mereka dalam marabahaya," tuturnya.

Buku ini dibumbui dengan contoh suara anak-anak muda berpengaruh dari seluruh dunia, termasuk pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, aktivis iklim Greta Thunberg dan jurnalis Palestina berusia 15 tahun Janna Jihad.

"Saya ingin... menunjukkan kepada dunia apa yang dihadapi anak-anak Palestina sehari-hari," tutur Jihad yang tinggal di desa Nabi Salih, di Tepi Barat yang diduduki Israel, kepada Jolie dan aktivis muda lainnya melalui panggilan video.

"Sangat penting untuk bersatu dengan anak muda lain, itulah caranya kita bisa membuat.. perubahan," imbuh Christina Adane (17) dari London yang mengampanyekan sistem makanan sehat.

Buku ini terbit di Inggris pada Kamis ini dan bisa dipesan di negara lain, dengan tujuan dipublikasikan secara global.

"Kami pasti akan berhadapan dengan orang dewasa di sebagian negara yang berusaha menghalangi buku ini dan anak-anak akan menemukannya, jadi saya kira itulah bagaimana buku ini akan menjangkau lebih banyak anak," ungkap Angelina Jolie.

Baca juga: Dukungan untuk Perempuan Afghanistan, Angelina Jolie: Saya Tidak Akan Berpaling

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."