Studi: Minum Kopi Lebih dari 6 Cangkir per Hari Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi kopi. Unsplash.com/Kira Auf Der Heide

Ilustrasi kopi. Unsplash.com/Kira Auf Der Heide

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Banyak dari kita yang suka minum kopi, dan itu bukan hal yang buruk. Namun menurut penelitian baru, menyeruput terlalu banyak kopi dalam sehari bisa merugikan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Nutritional Neuroscience telah menemukan bahwa minum kopi berlebihan, enam cangkir atau lebih per hari, dapat berdampak pada kesehatan otak, terutama berpotensi meningkatkan risiko penyakit saraf seperti demensia.

Para peneliti mengamati kebiasaan minum kopi dari 17.702 peserta UK Biobank yang memiliki catatan Magnetic Resonance Imaging atau MRI. UK Biobank adalah database biomedis besar yang terdiri dari informasi genetik dan kesehatan dari setengah juta orang di Inggris. Dari data tersebut, peneliti menemukan bahwa enam cangkir kopi atau lebih per hari berkorelasi dengan 53 persen peningkatan risiko demensia.

Mengingat bahwa peserta mereka memiliki rentang usia yang luas, antara 37-73 tahun, para peneliti juga mengukur volume otak sebagai indikator kesehatan otak yang berkurang. Sekali lagi, mereka yang terbiasa minum enam cangkir kopi atau lebih per hari memiliki otak yang lebih kecil dalam gambar MRI yang diambil empat hingga enam tahun setelah yang pertama.

"Volume otak adalah indikator kasar cedera fisik dan struktural di otak," kata Joel Salinas, MD, MBA, asisten profesor neurologi di NYU Grossman School of Medicine, dikutip laman Well + Good, Jumat, 30 Juli 2021.

Otak secara alami mengalami penyusutan atau atrofi seiring bertambahnya usia, tetapi tingkat atrofi yang lebih besar terjadi pada orang yang memiliki tanda-tanda awal penyakit neurodegeneratif, seperti demensia dan Alzheimer. Studi ini tidak secara eksplisit menunjukkan bahwa konsumsi kopi menyebabkan penyusutan otak, tetapi temuan ini patut dicatat.

Baca juga: Manfaat Minum Kopi Pahit Bisa Cegah 5 Penyakit Ini

Kuncinya menyeruput kopi secukupnya, sebab kopi kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral yang baik untuk tubuh. Bahkan ada penelitian yang menunjukkan bahwa senyawa dalam kopi dapat berdampak positif pada protein di otak yang terhubung dengan alzheimer dan parkinson. Ajeet Sodhi, MD, seorang ahli saraf dan direktur perawatan neurokritik di California Institute of Neuroscience, sebelumnya mengatakan kepada Well + Good, tidak apa-apa untuk mengonsumsi kopi secukupnya.

Jika Anda biasanya minum satu atau dua cangkir sehari, dan lebih dari itu di hari-hari-tertentu di mana Anda lebih banyak membutuhkan kafein, tidak perlu khawatir. Penelitian ini dan penelitian lainnya menyebutkan minum kopi secukupnya baik untuk tubuh.

Erika Schwartz, MD, sebelumnya mengatakan kepada Well + Good bahwa 400 miligram kafein per hari (sekitar empat atau lima cangkir kopi delapan ons) aman untuk kebanyakan orang dewasa. Sarannya sejalan dengan penelitian baru ini, mengklaim batas mium kopi adalah enam cangkir sehari.

Konsumsi kopi dalam jumlah yang cukup dapat merangsang sistem saraf dan menghindari kecemasan. Tapi beberapa orang lebih memilih minum kopi yang berlebihan dibandingkan menerapkan pola hidup sehat untuk lebih berenergi, itulah yang harus dihindari dokter Salinas.

“Beberapa orang sering terlalu mengandalkan kafein dan mengabaikan semua faktor gaya hidup sehat yang dimaksudkan untuk membuat kita tetap tampil terbaik,” katanya. Kafein memang perbaikan cepat ketika kita terlalu lelah untuk beraktivitas, tetapi jangan selalu mengandalkannya. Sebagai gantinya, ia menyarankan istirahat yang cukup, banyak minum air putih, dan rutin berolahraga untuk membangun energi. 

Sekali lagi, penelitian baru ini dan penelitian sebelumnya menunjukkan minum kopi secara moderasi adalah kuncinya, sama seperti makanan dan minuman lainnya yang menyehatkan tubuh. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."