5 Kiat Bisnis Kuliner di Masa Pandemi, Pentingnya Digital Marketing

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi kuliner khas Indonesia. pixabay.com/Shi Lin Tan

Ilustrasi kuliner khas Indonesia. pixabay.com/Shi Lin Tan

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sejumlah orang memilih terjun ke bisnis kuliner untuk bertahan dari dampak pandemi Covid-19. Jika Anda salah satu di antaranya, luangkan waktu sejenak untuk menilik tips yang dibagikan Bisma Adi Putra, konsultan makanan dan minuman serta salah satu pendiri Foodpreneurs Community MauBelajarApa, agar bisa bersaing secara kreatif.

Menurutnya, langkah pertama adalah atur dan sesuaikan menu hidangan Anda. Bisma menyarankan Anda menghadirkan sebisa mungkin menu baru namun familiar dengan selera orang Indonesia.

"Sesuaikan menu. Sebisa mungkin harus ada yang baru, makanan yang familiar sama orang Indonesia, misalnya goreng-gorengan, makanan gurih, pedas, daging-dagingan enggak bakal salah," ungkap ia dalam diskusi virtual Digitarasa Batch 2, Selasa 28 Juli 2020.

Kemudian, aktifkan kembali endorser dan influencer Anda. Menurut Bisma, influencer bisa juga rekan-rekan kantor Anda atau kaum ibu. Berikutnya, jangan lupakan promo. Bisma menyarankan salah satunya promosi kombinasi menu makanan dan minuman.

Jangan lupa, atur strategi digital marketing. Menurut Bisma, sebanyak 90 persen pengusaha makanan dan minuman fokus ke digital marketing. Anda bisa juga mengikuti seminar web atau webinar untuk memperluas pengetahuan strategi digital marketing Anda.

Terakhir, sasar produk pada komunitas lokal di sekitar Anda. Anda juga bisa bergabung dengan grup-grup bidang kuliner untuk saling berbagi cerita termasuk liku-liku berbisnis makanan dan minuman.

Bisma menuturkan, walau persaingan bisnis kuliner saat ini semakin kreatif, namun kesempatan mengembangkan bisnis masih besar. "Lansekapnya masih seru, kesempatan masih besar," ungkapnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."