4 Jurus Jitu Para Pelaku UMKM Bertahan di Masa Pandemi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Efek dari Pandemi Covid-19 berdampak ke berbagai sektor usaha, tanpa terkecuali Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terutama usaha mikro dan ultra mikro. Di masa ini, sejumlah pihak termasuk pemerintah mendorong pelaku usaha untuk memasarkan produk melalui online atau E-commerce.

Saat ini, E-commerce salah satu solusi bagi pelaku usaha untuk bertahan dan memasarkan produknya. Menurut sejumlah informasi yang dihimpun, peningkatan transaksi belanja di platform online terbilang signifikan.

Contohnya berkaca dari data Bukalapak, produk hobi outdoor (luar ruangan), indoor (dalam ruangan), olahraga naik 70 persen, produk kesehatan naik 90 persen, makanan minumal herbal naik 200 persen, dan transaksi makanan pokok naik 350 persen. Belum lagi, pelaku usaha masker, vitamin dan produk kesehatan lainnya.

Menurut Ines Handayani, pelaku UMKM yang concern di bidang busana, jasa, bisnis retail hingga makanan, semua pelaku usaha berdampak entah yang sudah melesat ataupun baru mulai usaha selama pandemi.

"Tantangan kita semua saat ini ialah sama-sama survival (bertahan), karena kita sudah melewati masa panik dan khawatir. Sebenarnya yang tetap bersemi ialah semangat dan keyakinan kita," ucap Ines dalam Live Instagram yang digelar Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA-PPMI) pada Senin, 11 Mei 2020.

Ines pun membagikan empat jurus jitu bagi para pelaku UMKM bertahan di masa pandemi

1. Siapkan langkah-langkah bertahan

Paling utama ialah menjaga kesehatan karena bisa berisiko jika kita mengabaikannya. Kondisikan diri tetap tenang dan sabar untuk kembali ke core (arah) bisnis, karena semua serba survival mode atau posisi bertahan di masa pandemi. Mulailah merancang sejumlah langkah perubahan yang sesuai dengan usaha Anda.

"Dimulai dengan cara efisiensi di beberapa pengeluaran dan fokus pada apa yang bisa kita ubah baik barang yang dijual maupun strategi. Mental disiapkan jika kita harus turun langsung dan pegang sendiri usaha di lapangan," ucap Ines.

2. Pelajari Perubahan Cara Belanja Pelanggan

Menelaah dan memahami perubahan behavior atau cara belanja pelanggan selama pandemi ini, jangan selalu berpatokan dari tren belanja tahun-tahun sebelumnya.

"Konsumen lebih mengalihkan daya beli dan beradaptasi pada hal-hal yang lebih urgent (penting) dan sesuai kebutuhan. Nah ini pentingnya punya database pelanggan, hal ini penting sebagai follow up komunikasi dan kategorisasi kebutuhan mereka," papar ibu empat anak ini.

3. Optimalkan Platform Digital

Sampai saat ini, baru 17-18 persen UMKM yang memanfaatkan platform digital dari 5,9 juta, dan perkiraan akan meningkat selama masa pandemi ini.

"Kita bisa mulai belajar lagi melirik whatsapp bisnis, google Bisnisku dan promosi jejaring di Instagram. Cara masuk Google Business bisa masuk di browser, optimasi dengan detail usaha kita dengan jelas," imbuhnya.

Manfaatkan saluran digital yang ada seoptimal mungkin, tak lagi berpatokan pada 1 atau 2 saluran. Perlu diingat juga pentingnya product knowledge atau pengenalan produk untuk memengaruhi daya beli. Gaya soft selling dengan memaparkan beragam manfaat, cara konsumsi atau menyimpan dari produk yang dijual.

"Jika pemasaran atau brand yang tidak sigap, dia rentan mati sekalipun sudah berada di ranah digital. Banyak brand besar yang 'babak belur' dan banyak UKM berjaya karena pintar memanfaatkan celah untuk memanfaatkan semua platfom sebagai channel transaksi," terang Ines.

4. Persiapan Jangka Panjang

Meski dalam kondisi sulit seperti sekarang, bukan berarti tidak berpikir long term atau jangka panjang. Misalnya jika ingin tetap berbisnis di masa sekarang, pastikan punya parameter, lebih efisien, dan usahakan perhitungannya jangan sampai meleset.

"Kita tidak bisa mengontrol yang ada di luar kita, tapi bisa mengontrol kesiapan kita sejauh apa, seberapa besar kita menguasai pasar, masuk di sektor mana saja yang sesuai dengan jumlah modal tidak besar," pungkasnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."