Advertisement
Advertisement
Advertisement

Yuyun Ahdiyanti yang Sukses Membawa Ntobo Menjadi Kampung Tenun

google-image

Yuyun Ahdiyanti, penerima Apresiasi 15th SATU Indonesia Awards 2024 di bidang kewirausahaan. Dok. Astra SATU Indonesia Awards
Yuyun Ahdiyanti, penerima Apresiasi 15th SATU Indonesia Awards 2024 di bidang kewirausahaan. Dok. Astra SATU Indonesia Awards
Advertisement

INFO CANTIKA.COM - Nama Yuyun Ahdiyanti dari Nusa Tenggara Barat terpilih sebagai pemenang bidang kewirausahaan di ajang Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards ke-15 tahun 2024. Dia memperkenalkan program Srikandi Penenun Asa Kampung Ntobo.

Yuyun gencar menyuarakan tenun Bima dan UKM Dina yang dimulai sejak 2015. Tenun Bima mempunyai empat motif dasar, yakni motif bunga samobo yang artinya pengharapan masyarakat, bunga satoko dengan makna kepribadian seseorang layaknya setangkai bunga yang harum. Ada pula bunga kakando berarti isyarat kedudukan tertinggi dan teratas adalah Tuhan semesta Alam. Terakhir, motif bunga aruna yang mengandung makna 99 sifat Allah sebagai pencipta alam yang selalu dipuji dan disembah oleh umat-Nya. 

Langkah ini berawal dari keresahan Yuyun karena kampung halamannya tak pernah dipandang sebagai Kampung Tenun. Padahal, sebagian besar masyarakat di daerahnya bekerja sebagai penenun. Penyebab utamanya adalah keterbatasan penenun dalam mengakses modal dan pemasaran. 

Yuyun lantas mengunggah potret kain tenun Bima milik keluarganya di media sosial pribadinya. Mulai dari situ, dia kebanjiran pesanan. Demi melebarkan usahanya, Yuyun tak segan memberikan modal untuk para penenun di sekitarnya hingga membantu memasarkan hasil tenun mereka lewat UKM Dina yang dibangunnya. Walhasil, banyak yang tertarik dengan skema bisnis tersebut. Masyarakat mempercayakan penjualan hasil tenun mereka di UKM Dina. 

Yuyun Ahdiyanti lahir dan besar di Kelurahan Ntobo, Kecamatan Raba, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Dengan tekad mengubah nasib kampungnya, ia lalu mendirikan UKM Dina pada 2015. Yuyun menyediakan akses modal mikro bagi 200 penenun dan 15 penjahit untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan tenun Bima. Demi memaksimalkan bisnisnya, ia pun mendirikan galeri bernuansa modern berukuran 2 x 6 meter, bersebelahan dengan rumahnya di Jalan Lintas Ntobo, Kota Bima. 

Ruang pameran tersebut tak hanya menjual kain tenun, tetapi juga produk kriya dan pakaian jadi yang dibuat dari kain tenun. Galeri UKM Dina menjadi pusat pemberdayaan lokal, mulai dari workshop menenun untuk anak muda, serta berkolaborasi dengan akademisi demi mengembangkan pewarna alami yang lebih cepat dan ekologis. 

Kain tenun Bima dari UKM Dina memiliki motif khas, sehingga pengunjung bisa membedakan dengan produk lain. Mereka memiliki aneka motif, seperti kali wori, mata hara, dan motif bunga yang diserap dari alam dan kearifan lokal. Yuyun juga menambahkan warna kontras dan cerah, seperti merah, kuning, biru, serta hijau yang diambil dari pewarna alami. Sama seperti daerah lain, teknik menenun di Ntobo dilakukan secara tradisional, dilakukan dari generasi ke generasi menggunakan alat tenun tangan. Karena kaya akan makna filosofi, kain tenun Bima dari UKM Dina biasa dipakai dalam upacara adat sekaligus menjadi simbol status pemakainya. 

Yuyun mendapatkan berbagai penghargaan tingkat lokal, seperti Kelompok Pengrajin Teladan 2019, OVOP Bintang 2, dan UMKM Inspirator pada 2022. Tak berpuas diri, dia ikut andil mengikuti seminar, festival, atau workshop untuk memunculkan variasi produk. 

Saat ini UKM Dina secara aktif berkolaborasi dengan Universitas Nggusuwaru dan UM Bima dalam program pengabdian masyarakat sejak April 2024 untuk pembuatan zat pewarna alam, nanopartikel, dan kegiatan budidaya. Yuyun tak lupa memberikan pelatihan kepada anak-anak muda demi menjaga keberlanjutan UKM Dina dan aktivitas menenun di Ntobo, sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.

Berkat usaha Yuyun, Kampung Tenun Ntobo sukses menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Penjualan kain tenun Bima berhasil menembus pasar luar negeri. Melansir dari akun Instagram @kaentenunbima, Yuyun menjual kain tenun UKM Dina dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 270 ribu hingga Rp 750 ribu, tergantung tingkat kesulitan dan motifnya. Saat ini pemasaran kain tenunnya lebih banyak menyasar instansi pemerintah atau sekolah. 

Tahun ini, SATU Indonesia Awards kembali digelar. Memasuki tahun pelaksanaan ke-16, Kick Off 16th SATU Indonesia Awards 2025 secara resmi telah dilaksanakan di Menara Astra pada Jumat, 28 Februari 2025 lalu.

Dengan mengusung tema “Satukan Gerak, Terus Berdampak”, ajang ini menjaring anak-anak muda Indonesia yang telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lewat https://bit.ly/DaftarSIA2025 mulai 28 Februari hingga 28 Juli 2025. (*)

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement