Wanita Menopause Rentan Terkena Penyakit Jantung, Ini Alasannya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi menopause. shutterstock.com

Ilustrasi menopause. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perempuan perlu mewaspadai akan risiko penyakit jantung dibanding pria. Berkaca dari data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung pada perempuan mencapai 1,6 persen, lebih besar dibandingkan prevelensi pada laki-laki berkisar 1,3 persen.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito Anggarino Damay, dalam membaca data terkadang kita mesti melihat konteks usianya. Secara keseluruhan memang laki-laki lebih banyak berdasar lintas usia dan faktor risiko.

Sementara itu, wanita lebih berisiko mengalami penyakit jantung ketika usianya sudah masuk masa menopause. Pada fase menopause, estrogen, yakni hormon yang melindungi perempuan dari kerusakan dan penyempitan pembuluh darah, menurun drastis.

"Ketika sudah masa menopause, perempuan sudah tidak punya hormon estrogen. Maka dia berisiko menderita penyakit jantung koroner atau serangan jantung, mirip seperti laki-laki. Perempuan yang diabetes, kolesterol tinggi, dan merokok (juga lebih berisiko)," jelas Vito melalui Kuliah Whatsapp bertema "Memahami Serangan Jantung" pada Rabu, 6 Mei 2020.

Perempuan juga berisiko mengalami serangan jantung. Hanya saja, gejalanya tidak terlalu khas. Kadang-kadang perempuan tidak bisa mengungkapkan apa yang dia keluhkan. Kadang-kadang seperti sesak napas atau gejala seperti sakit maag. 

Karena gejalanya tidak khas, orang yang sering kali berpikir sedang mengalami masalah lambung, padahal sebenarnya serangan jantung. Hal yang harus diwaspadai kalau sampai keringat dingin, maag-nya sakit terus, dan lama. Segera ke rumah sakit jika mengalami gejala tersebut. 

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."