7 Gaya Hidup Perempuan yang Memicu Gangguan Kesuburan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi pasangan dan kesuburan. Shutterstock.com

Ilustrasi pasangan dan kesuburan. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perempuan menjadi pihak yang paling rentan disalahkan dalam urusan kesuburan. Ketika sudah menikah bertahun lamanya dan belum juga punya anak, yang pertama dipertanyakan adalah bagaimana kondisi kesuburan istri. Bagaimana perempuan merawat organ intim sampai menelusuri gaya hidupnya.

Padahal infertilitas dapat terjadi pada salah satu pihak atau keduanya, baik suami maupun istri. "Menurut beberapa penelitian, gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko gangguan kesuburan yang mempersulit pasangan memperoleh keturunan," kata Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi di Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah, Shanty Olivia Jasirwan dalam keterangan tertulis, Jumat 20 Maret 2020.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi di Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah, Shanty Olivia Jasirwan. Foto Istimewa

Khusus untuk perempuan, ada tujuh faktor gaya hidup yang memicu gangguan kesuburan. Berikut ini rinciannya:

  1. Menunda usia menikah dan hamil


    Munculnya tren menunda usia pernikahan atau kehamilan demi mengejar karier yang belakangan ini marak, merupakan salah satu penyebab sulitnya pasangan suami istri mendapatkan keturunan. Musababnya, kesuburan wanita akan menurun seiring usia. Terutama mereka yang berusia di atas 37 tahun, ketika kuantitas dan kualitas sel telur menurun cepat dan akan merosot drastis, hingga akhirnya menopause.

  2. Merokok


    Kebiasaan merokok juga berdampak buruk pada kesuburan dan kesehatan secara umum. Pada perempuan, kandungan rokok dapat mengacaukan hormon juga mempengaruhi kualitas sel telur.

  3. Berat badan


    Berat badan berlebih ataupun kurang memiliki efek samping kesehatan yang cukup luas, termasuk pada kesuburan. Berat badan yang tidak ideal ini biasanya diartikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi (IMT lebih dari 25) maupun rendah (IMT kurang dari 20). Pada wanita, obesitas dan kurangnya berat badan dapat memicu gangguan kesuburan akibat ketidakseimbangan hormonal dan gangguan ovulasi.

  4. Olahraga berlebihan


    Olahraga secara teratur merupakan salah satu modifikasi gaya hidup yang baik untuk kesehatan, termasuk kesuburan. Aktivitas fisik terbukti memiliki dampak positif terhadap kesuburan terutama pada mereka yang memiliki berat badan berlebih.

    Hanya saja, olahraga yang berlebihan ternyata berefek negatif terhadap keseimbangan energi pada tubuh yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Jika kebutuhan energi melebih jumlah asupan makanan, maka keseimbangan negatif akan terjadi dan berefek pada gangguan pusat pengatur hormon di otak (disfungsi hipotalamus) sehingga terjadilah siklus haid yang tidak teratur.

    Olahraga berlebihan adalah olahraga yang dilakukan dengan frekuensi yang sering, intensitas yang tinggi, dan durasi yang lama. Contohnya adalah jenis olahraga kardiovaskular (seperti bersepeda dan aerobik) yang dilakukan berlebihan atau sama dengan 4 jam per minggu. Pada perempuan, efek pada kesuburan terjadi apabila olahraga dilakukan dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang tinggi (lebih dari 5 jam per minggu).

  5. Stres


    Pada wanita, stres psikologis berimplikasi pada sistem hormonal, imunologi, dan sistem saraf otonom yang secara tidak langsung berefek pada kemampuan reproduksinya.

  6. Konsumsi kafein berlebihan


    Kopi, teh, soft drink, dan cokelat dipercaya memiliki kaitan dengan lamanya seseorang untuk mendapatkan keturunan, walaupun mekanisme dan bukti ilmiahnya masih belum terlalu jelas. Konsumsi kafein yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi reproduksi wanita karena mengganggu fungsi ovulasi dan perubahan kadar hormon.

  7. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol


    Konsumsi alkohol juga memiliki efek yang bervariasi terhadap kesuburan wanita, antara lain menurunnya angka penempelan janin di rahim, meningkatnya angka keguguran dan kematian janin, disfungsi ovulasi, dan perkembangan embrio (janin) yang abnormal.

    Jika Anda terbebas dari segala unsur gaya hidup yang mengganggu kesuburan tadi, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan suami atau pasangan? Apakah dia memiliki gaya hidup yang berisiko pada kesuburannya? Jika ya, segera bicarakan bersama dan berkonsultasi ke dokter.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."