5 Alasan Buah Pir Baik untuk Diet, Kaya Serat dan Melindungi Usus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi buah pir. pixabay/piro4D

Ilustrasi buah pir. pixabay/piro4D

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Siapa di antara kamu yang suka dengan buah pir? Selain mempunyai cita rasa manis dan tekstur buah yang empuk, pir juga memiliki beragam manfaat untuk kesehatan, termasuk rekomendasi buah untuk menyukseskan diet Anda.

Sebelum menelaah manfaatnya, kita pelajari sejenak cara menentukan buah pir matang sempurna dengan memeriksa bagian leher buah pir. Kamu bisa tekan dengan lembut bagian dekat batang dengan ibu jari kamu. Bila saat ditekan buah pir tersebut sedikit lembek, tandanya buah itu sudah matang, berarir, dan siap untuk dimakan. 

Menurut Amy R. Kweller, MS, RD., kandidat doktor di Widen Lab, Universitas Texas, Austin, Amerika Serikat, pir kaya akan serat yang baik untuk pencernaan dan juga membuat Anda kenyang lebih lama. Seperti apa detail manfaatnya?

Berikut lima manfaat buah pir seperti dikutip dari laman Real Simple

1. Serat

Buah pir yang berukuran sedang mengandung 6 gram serat, jumlah itu mencukupi sebanyak 21 persen dari yang kebutuhan serat harian. Sebagian besar serat pada buah pir dalam bentuk pektin, yang telah terbukti mengurangi kolesterol dan risiko penyakit jantung.

Kulit pir adalah bagian yang paling banyak mengandung serat. Jadi, pastikan untuk tetap mengkonsumsi kulitnya untuk menambah rasa, tekstur dan juga nutrisi.

2. Menyehatkan usus dan mencegah kanker paru

Sebuah studi epidemiologi baru yang diterbitkan dalam JAMA Oncology pada Oktober 2019, ditemukan bahwa mengkonsumsi asupan serat yang tinggi dan yoghurt bisa menurunkan risiko terkena kanker paru-paru.

Seseorang yang mengkonsumsi serat setiap harinya (27,8 gram unutk wanita, 31 gram untuk pria) memiliki kemungkinan 17 persen lebih rendah terkena kanker paru-paru. Bahkan bagi mereka yang mengkonsumsi yoghurt yang kaya serat, memiliki 33 persen lebih rendah terkena kanker paru-paru.

Hasil tersebut menunjukkan suatu perkembangan yang menarik dalam ranah kesehatan usus karena penelitian baru juga menunjukkan bahwa mikroba tertentu dapat berperan dalam peradangan paru-paru.

Para peneliti ini percaya bahwa prebiotik dan probiotik yang ditemukan dalam makanan yang kaya serat dan yoghurt dapat mengubah mikrobioma usus dengan cara yang mendukung kesehatan paru-paru.

Selain itu, sebuah studi in-vitro (penelitian pada mikroorganisme) menunjukkan bahwa ketika buah pir dicerna, pertumbuhan bakteri berbahaya bisa melambat tanpa mempengaruhi bakteri menguntungkan dengan potensi probiotik. Dalam hal ini, bakteri berbahaya mengacu pada helicobacter pylori yang bisa menyebabkan penyakit maag.

3. Mencegah penyakit jantung dan stroke 

Para peneliti percaya buah pir bisa mencegah penyakit jantung dan stroke karena kandungan yang ada di dalamnya yaitu flavonoid (kelas antioksidan), serat, dan vitamin C.

4. Pir bisa membuat kenyang lebih lama

Pir bisa sangat mengenyangkan karena kandungan serat yang tinggi. Menurut sebuah studi epidemiologi, orang dewasa yang makan buah pir memiliki kemungkinan 35 persen lebih kecil terkena obesitas dibandingkan dengan mereka yang tidak memakannya.

Studi lain juga menunjukkan bahwa mengkonsumsi tiga buah pir setiap harinya dapat membantu menurunkan berat badan dibandingkan dengan mengkonsumsi camilan dengan jumlah kalori dan serat yang sama.

5. Mencegah risiko diabetes tipe 2

Tubuh setiap manusia membutuhkan karbohidrat dan yang terpenting adalah bagaimana menyeimbangkan serat, protein, atau lemak saat setiap kali waktu makan. Menyeimbangkan karbohidrat bisa mengurangi tingkat penyerapan glukosa, sehingga peredaran darah akan menjadi lancar dan tidak meningkat tajam.

Pilihan karbohidrat yang baik adalah yang mengandung gizi, seperti buah pir. Menurut Diabetes Care, jurnal asosiasi diabetes Amerika, buah pir berukuran sedang, berada pada peringkat 38 dalam indeks gliemik dan dianggap sebagai makanan dengan glikemik rendah.

NURUL FARA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."