Ahli Gizi: Lebih Baik Mengkonsumsi Buah daripada Jus Buah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi salad buah (pixabay.com)

Ilustrasi salad buah (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Beragam cara mengkonsumsi buah sebagai sumber vitamin dan serat. Selain langsung dimakan dalam bentuk potongan, Anda juga bisa membuatnya jadi jus. Namun, ada perbedaan kandungan gizi dari buah yang dipotong dan yang dibuat jus. Mana yang terbaik?

"Sebenarnya itu hanya perbedaan cara mengonsumsi," kata dokter gizi Marya Haryono di Jakarta, Rabu, 27 November 2019.

Namun, Marya menyarankan untuk langsung menikmati buah yang dijadikan jus untuk menghindari hilangnya vitamin yang teroksidasi. Selain itu, menurut Marya menyarankan agar tidak menyaring ampas buah dan hanya mengambil sarinya.

"Biar serat-serat dalam buahnya tetap komplet dan bisa dikonsumsi," kata Marya.

Dalam sehari, idealnya seseorang menyantap lima porsi kombinasi sayur dan buah. Satu porsi yang ia maksud adalah sebanyak satu gelas air. Setiap hari, akan lebih baik bila buah dan sayur yang dikonsumsi bervariasi.

"Tapi untuk kondisi sakit bisa jadi berbeda (porsinya) karena ada yang butuh seratnya dikurangi, ada yang tak boleh mengkonsumsi buah tertentu, dan lain-lain," tutur ia.

Bagi orang yang sehat dan tak punya risiko diabetes, Marya mengatakan tak ada pantangan dalam menyantap buah-buahan, termasuk buah yang mengandung gula tinggi.

"Kalau orang sehat enggak apa-apa asal buahnya bervariasi, sebab dalam buah juga ada berbagai kandungan, seperti serat larut yang menyerap kolesterol, juga serat tak larut yang membentuk feses."

Marya menegaskan pentingnya buah dan sayur untuk menjadi bagian dari menu makanan sehari-hari sehingga tak bisa digantikan hanya dengan suplemen. "Kalau ada yang berpikir mau mengganti sayur dan buah dengan suplemen, sebaiknya jangan," tandas Marya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."