Panduan Makanan Bayi dan Anak di Situasi Darurat dari Ketua AIMI

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Warga korban banjir memasak di dalam tenda darurat di bantaran rel kereta Pesing, Jakarta Barat, Jumat, 3 Janauri 2019. Hingga saat foto ini diambil belum ada bantuan yang masuk bagi para pengungsi. ANTARA/Muhammad Adimaja

Warga korban banjir memasak di dalam tenda darurat di bantaran rel kereta Pesing, Jakarta Barat, Jumat, 3 Janauri 2019. Hingga saat foto ini diambil belum ada bantuan yang masuk bagi para pengungsi. ANTARA/Muhammad Adimaja

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Banjir di Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Januari 2020 turut berdampak pada tumbuh kembang bayi dan anak yang terpaksa mengungsi. Salah satu yang perlu diperhatikan orang tua adalah pemenuhan gizi makanan mereka. Bila asupan gizi anak-anak kurang diperhatikan, mereka menjadi rentan terkena penyakit, seperti diare.

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar saat dihubungi Tempo.co, Jumat, 3 Januari 2020 mengatakan pihaknya mengadakan kerja sama dengan katering untuk membuat dapur bersama penyediaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI).

Namun, Nia berharap di dapur umum setiap pengungsian juga disediakan tim khusus untuk menyiapkan MPASI.

"Sebenarnya bisa disediakan di dapur umum karena kan waktu mengungsi tidak bisa ditentukan. Siapa yang bertanggung jawab di dapur umum mestinya paham Standar Operasional Prosedur (SOP) bagaimana menyiapkan menu MPASI. Bahan dan lauk sama dengan orang dewasa, bedanya tidak asin, tidak pedas, dan sesuaikan tekstur makanannya," ujar Nia.

Untuk menjamin kebutuhan gizi terpenuhi dalam pemberian MPASI, gunakan selalu Pedoman Gizi Seimbang. Sayuran, buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan
pokok sebagai sumber kalori. Keempat jenis kelompok makanan sebaiknya selalu tersedia dalam setiap piring makan kita, termasuk dalam situasi bencana.

Tak jauh berbeda dengan situasi normal, Berikut panduan cara penyajian, tekstur frekuensi makan untuk bayi dan anak usia 24 bulan di situasi bencana.

1. Bayi 0-6 bulan

Nia Umar mengatakan jika bayi hanya mendapatkan ASI eksklusif, ibu dimotivasi untuk dapat terus menyusui bayi mereka. Anak usia 0-6 bulan hanya mengonsumsi ASI.

"Jadi sebenarnya dalam kondisi darurat menyusui bisa menyelamatkan dan menenangkan bayi yang sedang dalam kondisi dengan nyaman. Kalau bayi dalam posisi menyusui di dada ibu, ia tidak akan terpengaruh karena tetap tenang," ucap Nia.

Tidak ada donasi susu dan produk bayi lainnya (botol, dot, dan empeng) tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan daerah setempat.

2. Bayi 6-9 bulan

Bayi tetap melanjutkan menyusui, untuk makanan sehari 2-3 sendok makan secara bertahap hingga 125 ml, 2-3 kali makan, dan 1-2 kali selingan. "Makanan dibuat dengan cara disaring dan tekstur makanan lumat serta kental," tukas Nia.

3. Bayi 9-12 bulan

Anak tetap melanjutkan menyusui, untuk makanan 125 ml bertahap hingga 200 ml, 3-4 kali makan, dan 1-2 kali selingan. "Bahan makanan sama dengan orang dewasa, hanya teksturnya dicincang, cacah atau potong kecil yang bisa dilanjutkan dengan iris," lanjut Nia.

3. Anak 12-24 bulan

Anak tetap melanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih. Panduannya 200 ml hingga 250ml++, 3-4 kali makan, dan 1-2 kali selingan. "Bahan makanan sama dengan untuk orang dewasa, tekstur makanan bisa diiris dan jangan lupa perhatikan respon anak saat makan," ucap Nia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."