Kenali Gejala Hipotermia pada Bayi, Kulit Pucat dan Terasa Dingin

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon

Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hujan dan banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya membawa dampak pada kesehatan, salah satunya hipotermia. Menurut keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 2 Januari 2020 pukul 21.00 WIB, tiga dari 30 korban banjir meninggal akibat hipotermia

Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh berada di bawah 36,5 derajat Celcius. Kondisi ini rentan dialami bayi karena lapisan lemak di bawah kulitnya yang masih tipis. saat kedinginan, tubuh mengalami kehilangan panas hingga mencapai 90 persen.

Hipotermia pada bayi meningkatkan risiko mengalami infeksi, gangguan pernapasan, gangguan pembekuan darah, dan dapat berujung pada kematian.

Gejala yang dapat ditemukan ketika bayi mengalami hipotermia, yaitu tampak lesu, sulit untuk makan, tangisan menjadi lemah. Kulit bayi juga dapat menjadi pucat dan terasa dingin. Pada kasus yang berat, bayi dapat mengalami kesulitan bernapas hingga hilang kesadaran.

Pada kondisi dingin, pembuluh darah di tubuh akan menyempit. Kondisi ini akan mempengaruhi respons imunitas tubuh. Dalam keadaan tersebut, virus yang berada dalam tubuh akan berkembang biak dan menimbulkan gejala. Bayi yang memperoleh Air Susu Ibu atau ASI eksklusif selama 6 bulan dan mendapat vaksinasi memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik. 

Hipotermia dapat menyebabkan perubahan pada fungsi pernapasan. Hal ini disebabkan perubahan metabolisme tubuh untuk menurunkan konsumsi oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Selain itu, juga terjadi perubahan dalam mekanisme kontrol pernapasan.

Gangguan pembekuan darah terjadi ketika hipotermia yang dialami cukup berat. Suhu tubuh di bawah 35 derajat Celcius menyebabkan terjadinya disfungsi platelet. Terkadang juga dapat dijumpai penurunan jumlah platelet dalam darah. Pada penurunan suhu tubuh lebih lanjut, dapat terjadi gangguan dalam  pembentukkan enzim yang berperan dalam proses pembekuan darah.

Apabila bayi kedinginan dan menunjukkan gejala hipotermia, cobalah untuk mengukur suhu tubuhnya. Pengukuran suhu yang paling akurat dapat dilakukan melalui rektal. Bila Anda tidak memiliki termometer rektal, Anda dapat melakukan pengukuran suhu lewat ketiak.

Hangatkan bayi dengan memasangkan pakaian tambahan, selimut tebal, atau menggunakan panas tubuh dengan memeluk bayi. Jika cara ini tidak dapat menaikkan suhu tubuh bayi, segeralah mencari pertolongan dokter atau mendatangi unit gawat darurat agar mendapat penanganan dengan cepat.

SEHATQ | FAJAR PEBRIANTO

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."