Ekspresi Sayang Betrand pada Sarwendah Berlebihan? Cek Kata Ahli

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Pasangan Sarwendah dan Ruben Onsu mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Betrand Peto. Kedekatan Sarwendah dan putra angkatnya itu pun sering ditunjukkan lewat akun media sosialnya. instagram.com/sarwendah29

Pasangan Sarwendah dan Ruben Onsu mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Betrand Peto. Kedekatan Sarwendah dan putra angkatnya itu pun sering ditunjukkan lewat akun media sosialnya. instagram.com/sarwendah29

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Pasangan selebriti Sarwendah dan Ruben Onsu mengadopsi Betrand Peto di usia 13 tahun. Kedekatan mereka berawal sejak Ruben tergerak menjadi produser Betrand sebagai penyanyi profesional. Betrand hadir di acara bincang-bincang yang digawangi Ruben Onsu berkat nyanyiannya yang viral melantunkan lagu Jikalau Kau Cinta dari Judika.

Kemudian kedekatan profesional itu meningkat jadi ikatan batin dan berujung diadopsinya Betrand Peto Putra Onsu pada Oktober 2019. Tanpa menghilangkan jejak keluarga kandungnya di Nusa Tenggara Timur, sejak saat itu secara hukum Betrand berada dalam pengasuhan Ruben dan Sarwendah.

Selain kisah adopsi, belakangan ini Betrand menjadi perhatian publik. Mulai dari pemberian air susu ibu atau ASI Sarwendah untuk Betrand yang tidak pernah mendapat ASI kala bayi, sampai sikap manjanya yang dinilai terlalu berlebihan. 

Lalu, seperti apa batasan mengekspresikan kasih sayang anak laki-laki kepada ibu angkatnya? Batasan atau pondasi apa saja yang terlebih dahulu ditanamkan, sebelum menuding anak itu berlebihan dalam mengekspresikan kasih sayangnya.

Perlu kita ketahui bersama, sebelum menjadi anak angkat Ruben dan Sarwendah, Betrand diasuh oleh kakek dan neneknya. Menurut psikolog Anisa Cahya yang dihubungi Tempo, Minggu 15 Desember 2019 mengatakan berada di bawah pengasuhan nenek atau kakek, tetap bisa membentuk role model yang baik tentang bagaiman a berperilaku kepada ibu dan ayah, asalkan kakek dan neneknya juga sudah memberikan edukasi seks yang tepat sejak dini.

"Idealnya, orang tua bisa memberikan pembelajaran tentang sex education sebelum anak memasuki akil baligh. Sejak dini juga bisa dilakukan, dengan menyesuaikan perkembangan umurnya," ucap Anisa.

Ruben Onsu dan Sarwendah mengecup pipi Betrand Peto dalam foto yang diunggah pada 5 Oktober lalu. Instagram/@Sarwendah29

Menurut psikolog Anisa, berikut hal-hal yang perlu dipelajari oleh anak sebelum memasuki akil baligh

1. Pengenalan perubahan bentuk fisik

Anak dikenalkan tentang menstruasi dan mimpi basah. Tubuhnya akan terbentuk seperti laki dan perempuan dewasa disertai perubahan ciri-ciri fisik, seperti tumbuh bulu, payudara membesar hingga perubahan suara.

2 . Pemahaman tanggung jawab

Selain pemahaman tentang perubahan tubuh menjadi lebih dewasa, anak juga harus dibarengi dengan pengenalan sejumlah tanggung jawab seperti berikut

  • Tanggung jawab fisik

Dengan perubahan bentuk fisik, maka anak dibimbing untuk bertanggung jawab akan tubuhnya. Ada batasan-batasan tertentu, seperti sentuhan, pelukan hingga ciuman yang perlu dikenali. Termasuk tentang siapa yang melakukan dan bagian mana yang dibatasi.

  • Tanggung jawab psikologis-sosial

Anak juga perlu memahami, ada aturan sosial yang harus dianut jika berinteraksi dengan lawan jenis, belajar tenggang rasa, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

  • Tanggung jawab agama

Hal ini terkait dengan perhitungan dosa yang mulai diberlakukan ketika anak menginjak akil baligh. Artinya, jika tidak melakukan ibadah, maka akan dicatat sebagai dosa, yang hal ini tidak terjadi ketika masih kanak-kanak. Juga tentang norma-norma agama yang perlu dipatuhi oleh anak.

Mengenai dampak dari jejak digital si anak yang mengalami perundungan atau bullying di media sosial menurut Anisa dikembalikan lagi pada peran orang tua angkat yang sangat dibutuhkan. Orang tua perlu merengkuh anak agar tidak menjadi down, malu, dan depresi.

"Besarkan hatinya, agar self esteem-nya tetap terjaga dan anak mampu bersosialisasi lagi, baik di dunia nyata maupun maya. Perlu pula dibicarakan tentang batasan-batasan perilaku yang harus disepakati bersama. Orang tua juga perlu memberi keyakinan, bahwa meskipun ada batasan-batasan, tapi tidak mengurangi kasih sayang mereka kepada anak," tutup Anisa.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."